Title : Tinkerbell (Sequel Peter Pan)
Author : Masih pacarnya Tao (re: Lee Mico) xD
Main Cast : KaiSoo / KaiD.O
Other Cast : Exo
member. (Sisanya find by your self).
Genre : Angst, a little bit comedy. (kalo
jadi.-.)
Length : Longshoot.
Rating : T nyerempet M dikit._.v
A/N : Annyeolhathehun readerdeul mwaaah:*
Author sarav datang lagi bawa Sequelnya Peter Pan. Ini FF author kasih judul Tinkerbell soalnya author bingung mau
kasih judul apaan-___- Jadi harap maklum ya kalo rada-rada ganyambung._.
*sungkem ke Reader* Oh iya, ini rada-rada Longshoot, jadi author saranin bacanya
jangan buru-buru ya, diresapi(?) Dan disini banyaknya ngambil Kyungsoo side.
Yodah~
HAPPY READING GUYS ~
Disclaimer : Alur dan plot punya author. Kai
punya Kyungsoo. Kyungsoo punya Kai. Kai dan Kyungsoo saling memiliki. Author
punya Tao. Author punya KaiSoo. *ditendangKris *DibakarKaiSooShipper
Warning : Boy x Boy, Shounen-Ai, Gaje, Typo(s),
abal, feel gadapet, OOC, tulisan berantakan-___- Judul, Isi sama Summary gak
nyambung kayaknya._.
DON’T LIKE? DON’T READ! PLAGIAT? GO AWAY FROM HERE!!
DON’T BE SILENT READER!
The Story Is Begin
All Is AUTHOR P.O.V
****
Summary : Karena kita akan bertemu lagi. – Kim
Jong In-
****
Seorang
namja bermata bulat sedang tergesa-gesa berlari menuju sekolahnya. Tak
henti-hentinya ia melirik jam tangan berwarna hijau dengan ornamen tinkerbell
milliknya. Nafasnya begitu memburu, ia merasakan sedikit sesak didadanya. Pintu
gerbang sudah ditutup.
“Ajushi,
tolong bukakan pintunya.” Rengek namja itu.
“Kau
terlambat nak Kyungsoo.” Kata si penjaga sekolah pada Kyungsoo, si namja
bermata bulat tadi.
“Ah
ahjushi tolonglah. Aku baru terlambat sekali ini kan? Aku mohon ahjushi. Aku
terlambat karena tadi tempat dudukku di bis aku berikan pada seorang ahjumma.
Aku berlari dari rumah sampai sini. Makanya aku terlambat. Ayolah ahjushi
tolong aku.” Kyungsoo merajuk.
“Bagaimana
ya?” Ajushi itu tampak berpikir sejenak. Kyungsoo kan anak teladan dan baik,
masa iya dia berbohong?
“Ahjushi
ayolah. Apa ahjushi tega melihat ummaku nanti bersedih karena aku tidak boleh
masuk sekolah?” Kyungsoo mengeluarkan jurus andalannya. Memohon dengan puppy
eyes. Ahjushi itu akhirnya mengangguk juga. Mana tahan ia melihat anak semanis
Kyungsoo memohon seperti itu.
“Jangan
diulangi lagi ne?” Kata ahjushi itu setelah membiarkan Kyungsoo masuk.
“Ne
ajushi. Gomawo. Aku tidak akan terelambat lagi. Yaksok!” seru Kyungsoo. Ahjushi
itu tersenyum lembut.
“Ahjushi,
aku masuk dulu ya. Sekali lagi gomawo. Ppai~” Kyungsoo berlari sambil
melambaikan tangannya. Langkah kaki kurusnya ia percepat. Kelasnya ada di lantai
3 lagi. Ini benar-benar perjuangan.
/Other Side/
“Kemana
namja manis itu ya? Kenapa ia belum datang juga? Biasanya dia selalu datang
pagi. Apa ada sesuatu yg buruk terjadi padanya?” seorang namja berkulit tan
meremas tangannya. Ia tak henti-henti memandang pintu dengan tatapan gelisah.
Ia menjilat bibir bawahnya, menandakan bahwa ada sesuatu yg membuatnya tidak
tenang.
“Kai,
kau kenapa eoh?” Oh Sehun, teman sebangku si namja berkulit tan –Kai- itu
menyikut temannya yg sedang gelisah memandang ke pintu kelas. Pelajaran sudah
dimulai 5 menit yang lalu. Padahal ini pelajaran seni rupa, pelajaran kesukaan
Kai. Apalagi sekarang waktunya menggambar. Tapi temannya itu masih saja
gelisah.
“Ah,
eum. Aku tak apa Sehun-ah.” Sehun menatap sahabatnya itu curiga.
“Tak
mungkin. Aku mengenalmu kkamjong. Kau gelisah kenapa?”
“Aku
. .”
SREEEK!
Suara
pintu kelas dibuka. Menampakan seorang namja imut sedang menunduk dengan nafas
yg terengah-engah.
“Mianhae
Cho Songsaenim. Aku terlambat. Jeongmal mianhae.” Suara lembut namja itu
mengalihkan perhatian Kai. Kai tersenyum cerah melihat namja itu datang. Peluh
masih terlihat disekitar dahinya. Matanya terpejam. Nafasnya masih
terengah-engah. Ia masih membungkuk.
“Yeoppeo.”
Kai bergumam pelan. Matanya tak henti menatap sosok ‘malaikat-nya’ itu.
“Ternyata
kau gelisah menunggu Kyungsoo eoh? Kau menyukainya ya?” Sehun bersmirk ria
melihat tingkah Kai yang memperhatikan Kyungsoo.
“M.
.Mwo? Kau ini jangan suka asal bicara Sehun!”
Kai menggertak Sehun, namun Sehun dapat mendengar nada gugup didalam
perkataan Kai.
“Jangan
mencoba berbohong padaku Kkamjong! Tapi sepertinya kau tidak bisa melihat
Kyungsoo sampai akhir pelajaran. Kau tau kan Cho songsaenim?” Sehun memandang
Kai dengan tatapan aneh. Kai menelan ludahnya kasar. Ia kembali menatap Cho
songsaenim dan Kyungsoo dengan pandangan cemas.
“Cho
songsaenim. Maafkan aku.” Suara lembut itu terdengar lagi. Wajah Kyungsoo
memerah. Dadanya bergemuruh, antara takut dan lelah. Dan sekarang ia menjadi
pusat perhatian seluruh kelas. Cho songsaenim menghampiri Kyungsoo dengan wajah
dingin khas Cho Songsaenim. Semua murid menatap Kyungsoo ngeri. Cho songsaenim
adalah orang yang sangat disiplin. Dan ia tidak suka pada murid yang tidak disiplin.
Dan murid yang terlambat adalah santapan(?)nya. Mereka menatap nanar Kyungsoo,
memikirkan beberapa detensi yang akan diberikan pada Kyungsoo. Membersihkan
semua kamar mandi dilantai 3 sekolah? Piket sendirian pulang sekolah?
Membersihkan seluruh halaman sekolah sendirian? Atau yg paling ringan tidak
diizinkan masuk kelas, mendapat alfa tapi tidak boleh pulang. Ntahlah, semuanya
sibuk dengan imajinasi soal detensi Kyungsoo, tak terkecuali Kai dan Sehun.
Terutama Kai, ia berkali-kali menjilat bibir bawahnya. Terlihat kegelisahan yang
amat sangat.
“Gwaenchana
Kyungsoo-ah. Ayo masuk. Cepat duduk ditempatmu.” Terdengar suara Cho Songsaenim
mempersilahkan Kyungsoo masuk dengan lembut, disertai sebuah senyuman. Ia
menegakkan badan Kyungsoo, lalu menepuk pundaknya pelan.
“Eoh?
Cho songsaenim tidak marah padaku? Cho songsaenim tidak menghukumku?” Kyungsoo
menatap wali kelasnya itu dengan tatapan bingung seperti anak TK, padahal kini
ia sudah kelas 10.
“Tentu
saja tidak. Aku tau alasanmu terlambat kok. Jung ahjushi –penjaga sekolah-
mengirimiku pesan soal alasanmu terlambat. Anak baik tidak pantas mendapat
detensi. Nah, duduklah.” Cho songsaenim mengusak pelan surai hitam Kyungsoo.
“Gomawo
songsaenim. Aku janji tidak terlambat lagi.” Kyungsoo tersenyum cerah. Cho
songsaenim mengangguk pelan, lalu tersenyum lembut pada Kyungsoo. Cho
songsaenim tersenyum! Itu adalah hal
paling langka di SM High School. Kyungsoo berjalan ke arah tempat duduknya
dengan pandangan tak percaya dari murid lain yang terkesiap dengan kejadian
barusan. Bayangankan saja, Cho songsaenim tidak memberi detensi pada Kyungsoo,
dan ia tersenyum. Catat ini! bagaimana bisa seorang Cho songsaenim yang dingin
serta angkuh dan terkenal akan kedisiplinan dan detensinya bisa berubah drastis
dan itu hanya terjadi pada Kyungsoo.
Kai
mengalihkan pandangannya pada Kyungsoo yg kini duduk dengan seorang bernama Kim
Joon Myeon, atau biasa dipanggil Suho. Kyungsoo duduk bersebelahan dengan Kai,
hanya berbeda meja.
“Berhentilah
menatapnya seperti itu. Kau seperti serigala kelaparan yang ingin memakannya.”
Kai menyikut perut Sehun sambil memberi deathglare gratis yang berhasil membuat
sahabatnya meringis. Ia kembali mengalihkan pandangannya pada Kyungsoo.
DEG!!
Mata
mereka bertemu. Kai dan Kyungsoo dapat merasakan jantung mereka berdetak 1000x
lebih cepat.
****
“Nah
anak-anak kumpulkan sketsa kalian.” Kyungsoo tersentak saat mendengar suara Cho
Songsaenim. Sketsa? Ia lupa harus membuat sketsa karena malah memperhatikan Kai
dari tadi. Ya, mereka diberi tugas untuk menggambar sketsa hal yang paling
mereka sukai atau ingin mereka miliki. Kyungsoo kelabakan, ia belum
menyelesaikan sketsanya. Namun sebuah suara menginterupsi fikirannya.
“Diam.
Dan tenanglah.” Suara baritone ringan itu membuat Kyungsoo membulatkan matanya
O.O
“Apa
maksudmu Kai?” Kyungsoo menatap bingung namja tampan yg berada disampingnya
itu. Kai hanya tersenyum lalu melenggang ke depan kelas.
Beberapa
saat kemudian. .
“Kim
Minseok. Apa maksud gambarmu ini?” Cho Songsaenim menunjuk namja tembam yang
duduk dipojok depan kelas sambil mengangkat sebuah gambar wajan dengan
gambar-gambar bulat.
“Itu
bakpao songsaenim. Kan songsaenim bilang aku harus membuat sketsa hal yang aku
sukai. Ya itulah bakpao ku tercinta.” Xiumin –Kim MinSeok tadi- tersenyum
innocent. Tawa meledak di kelas itu.
“Kau
ini sangat polos.” Chen, teman sebangku Xiumin menyikut Xiumin yang sedang
mempout bibirnya lucu karena ditertawakan.
“Jangan
tertawa seperti itu Jongdae. Kau pun hanya menggambar bebek.” Jongdae –Chen-
menghentikan tawanya. Gantian Xiumin yang terbahak-bahak melihat temannya itu.
“Sudah,
sudah. Tao, coba jelaskan gambarmu ini.” cho songsaenim menunjuk ke arah
seorang namja manis bermata panda.
“Itu
hal yang Tao ingin miliki songsaenim. Namja tinggi yang membawa boneka panda
itu adalah Kris gege. Dan namja sebelahnya itu Tao.” Jawab Tao polos yang
sontak mengundang tawa satu kelas.
“Ada
yang salah ya?” Tao bingung. Baekhyun yg disebelahnya hanya memasang wajah
-___- Cho songsaenim hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak muridnya yang
terlalu polos itu.
“Byun
Baekhyun, kenapa kau menggambar sebuah botol kosmetik?” Cho songsaenim bertanya
lagi.
“Itu
eyeliner Songsaenim. Aku sangat suka memakai eyeliner, apalagi eyeliner itu
pemberian dari Chanyeol.” Baekhyun tersenyum malu-malu. Cho songsaenim hanya
menarik nafas berat.
“Baiklah
selanjutnya, Kim Joon Myeon. Apa ini seorang penari?” Suho memandang gambar
yang dipegang Cho songsaenim, lalu mengangguk.
“Kau
mau jadi penari eoh? Bukannya kau tidak terlalu pintar menari?” Cho songsaenim
terdengar seperti mengintrogasi. Joon Myeon alias Suho hanya menunduk.
“Itukan
gambar Lay gege sunbae songsaenim. Ah, Tao tau! Suho menyukai Lay gege sepertinya
songsaenim.” Si bocah panda itu sukses membuat Suho berblushing ria. Ia
ketahuan! Dan kali ini Sehun lah yang tertawa sangat puas. Masalahnya Suho itu
oraang belum pernah mendapat tertawaan dari seluruh kelas, dan sekarang rahasia
nya terbongkar, jiwa evil bangkit untuk menertawakan Suho. Suho mendelik kesal
ke arah Sehun.
“Apa
ini? Xi Luhan?” Cho songsaenim mengerutkan dahinya.
DEG!!
Tawa
Sehun berhenti mendadak. Seluruh kelas menatap gambar yang dipegang Cho
songsaenim. Sehun menatap horror ke arah gurunya itu. Sebuah kertas bertuliskan
huruf pinyin yang membentuk nama ‘Xi Luhan’ berhasil membuat Sehun menunduk
malu.
“Makanya
jangan memikirkan Luhan terus.” Suho mencibir disertai tawa setan, ingin
menertawakan Sehun sekaligus balas dendam sepertinya.
“Kalian,
berhentilah menertawakan temanmu. Lihat ini, Kyungsoo apa kau sangat menyukai
cerita Tinkerbell?” Kyungsoo tercekat. Ia membulatkan matanya yang sudah bulat
saat melihat sebuah sketsa Tinkerbell yang sedang bergandengan tangan bersama
Peter Pan dengan tulisan namanya dikertas itu. Ia melirik Kai yang sedang
tersenyum manis ke arahnya. Berarti itu gambar Kai! Bagaimana Kai bisa tau soal
hal kesukaannya?
“Kim
Jong In, apa ini sketsa wajah seseorang yang kau sukai?” Kyungsoo melihat Kai
mengangguk. Kyungsoo kembali memandang ke depan, ingin melihat sketsa orang
yang disukai namja tampan itu, namun sayang Cho songsae sudah merapikan kertas
itu
“Sepertinya
aku mengenal wajah ini. ah, sudahlah. Pelajaran kali ini cukup sampai disini
anak-anak. Annyeong.” Cho Songsaenim berjalan meninggalkan kelas.
/Taman belakang sekolah/
‘Dia menolongku. Dia menggambarkan ku sketsa
yang begitu bagus. Ah, aku semakin menyukainya. Tapi siapa ya orang yang
disukai Kai? Aku ingin melihatnya padahal, tapi Cho songsaenim malah
merapikannya. Tapi kalau aku melihatnya, apakah aku tidak akan merasa sesak
karena mengetahui siapa yang disukainya? Ah aku bingung.’
Kyungsoo
menutup buku berwarna biru miliknya itu. Ia menatap langit yg berwarna biru
cerah. Kyungsoo memegangi perutnya. Ia lapar.
“Makanlah
ini.” tiba-tiba seorang namja tampan menyodori(?)nya Sandwich selai cokelat
kesukaannya.
“Kai?”
Kyungsoo menatap tak percaya. Namja yang ia sukai kini berada didepannya.
“Makanlah,
kau belum makan siang kan? Tenanglah aku tidak akan meracunimu kok.” Kai
tersenyum manis. Kyungsoo mengambil sandwich itu.
“Terima
kasih, tapi bagaimana kau tau aku. .”
“Aku
tidak melihat mu dikantin tadi. Aku bertanya pada Suho, dan katanya kau tidak
makan siang karena kau memberikan uangmu untuk seorang anak yang ingin
membelikan bunga untuk hadiah ibunya. Kau sungguh baik Kyungsoo.”
BLUSH!
Wajah Kyungsoo memerah mendengar pernyataan Kai barusan.
“Kau
sangat suka dengan sandwich cokelat dan juga susu vanilla kan?” Kyungsoo
menatap Kai tak percaya, bagaimana Kai tau?
“Sandwich
ini aku yang membuatnya loh. Tapi kalau susu vanilla nya aku beli. Karena aku
bukan sapi hehe.” Kai memamerkan senyumnya.
“Terima
kasih Kai. Kau begitu baik padaku. Terima kasih juga kau telah menolongku
tadi.” Kyungsoo akhirnya tersenyum.
****
‘neol chajaganda chueogi bonaen tingkeobel
ttaranaseotdeon Neverland
geu gose naega neowa barabomyeo utgo isseo
nan yeongwonhan neoui piteopaen. geu sigane
meomchun ni namja
seotuljiman neomu saranghaetdeon naui neoege danyeoga’
Seorang
namja berpipi chubby berenandung riang disepanjang jalannya. Senyum cerah masih
bersemayam(?) di wajah cantiknya.
“Hai
manis. Mau kemana?” Tiba-tiba saja seorang namja tinggi menghalangi jalannya.
“Siapa
kau? Aku mau pulang. Menyingkirlah.” Jawab Kyungsoo ketus.
“Hei,
jangan galak begitu cantik.” Seorang pria tinggi lainnya mencolek dagu
Kyungsoo. Menjijikan. Dan tanpa Kyungsoo sadari kini ia dikelilingi 7 orang
lelaki berbadan besar dan tinggi.
“Mau
apa kalian hah? Aku mau pulang. Menyingkir dari jalanku.”kyungsoo menggertak ke
7 lelaki itu.
“Kau
tidak akan kemana-mana. Bersenanng-senanglah dengan kami dulu cantik.” Kini
salah satu dari mereka memegangi tangan Kyungsoo.
“TOLOOOOOONG!!!!”
“Berhentilah
minta tolong, disini sepi. Tak akan ada yang menolongmu.” Pria itu bersmirk
ria.
“SIAPAPUN
TOLONG AKUUUUU!!!”
“Berisik
kau! Mau ku tampar hah?” Pria itu mengambil ancang-ancang menampar Kyungsoo,
Kyungsoo menutup matanya rapat bersiap menahan tamparan itu, namun . .
“Jangan
berani menyentuhnya sedikit pun.” Suara baritone ringan itu membuat Kyungsoo
membuka matanya.
“Kai?”
“Tenanglah,
aku akan menolongmu.” Kai tersenyum yakin pada Kyungsoo.
“Cih,
ada anak sok jagoan rupanya. Hajar dia!”
Kyungsoo
terduduk lemah dijalanan aspal, ia meringkuk memeluk lututnya. Ia terlalu takut
melihat perkelahian 7 orang itu dengan Kai. Hanya sedikit kemungkinan bahwa Kai
menang. Kyungsoo mulai terisak pelan.
‘Kau
bodoh Kyungsoo. Kalau Kai kenapa-napa itu salahmu.’ Kyungsoo memaki dirinya
sendiri.
“Kau
baik-baik saja eum?” Suara itu? Kyungsoo mendongakkan kepalanya.
“K-Kai?
K-k-kau menang melawan mereka?” Kyungsoo menatap Kai tak percaya. Tentu saja!
Seorang berbadan kecil seperti Kai bisa melawan 7 orang berbadan besar.
“Tentu
saja. Kenapa kau menangis? Mereka belum melakukan sesuatu padamu kan?” Kai
terlihat begitu Khawatir. Kyungsoo menggeleng pelan, senyuman manis kini
kembali muncul diwajah Kyungsoo. Kai mengusap pipi Kyungsoo lembut, menghapus
jejak-jejak air mata diwajah Kyungsoo. Wajah Kyungsoo kini memerah padam.
Jantungnya serasa ingin melompat keluar. Kai tersenyum melihat ewajah cantik
malaikatnya itu merona.
“Baiklah. Aku antar
pulang ya? aku takut ada yang mengganggumu lagi. Tak ada penolakan.” Kai menarik
tangan Kyungsoo, menggenggamnya erat. Kyungsoo hanya tersenyum mengikuti
langkah pujaan hatinya itu.
‘Tuhan, jika ini mimpi.
Aku mohon jangan biarkan aku terbangun dari mimpiku ini.’ Batin Kyungsoo.
****
Kyungsoo
sedang melihat-lihat hasil sketsa teman-temannya yang barusan Cho songsaenim
berikan padanya untuk dibagikan. Ia tersenyum ketika melihat gambar ‘Tinkerbell
and Peter Pan’ miliknya –milik Kai yang ditulisi namanya tepatnya-. Namun
dahinya mengerut saat melihat sebuah kalung yang terpasang di leher Tinkerbell
dan Peter Pan. Sebuah kalung dengan bandul huruf K. apa maksudnya? Ia kembali
melihat beberapa gambar, dan matanya membulat O.O saat melihat sketsa yang Kai
gambar. Itu gambar dirinya! Kyungsoo memasukan kertas-kertas itu kedalam
tasnya. Namun rasa sakit menghampiri kepalanya. Ia mencium bau anyir, hidungnya
mimisan lagi. Dengan segera ia mengelap darah itu dengan sapu tangan
kesayangannya, ia tak mau sampai ada yang melihatnya.
****
‘Oh Tuhan. Kai menyukaiku. Aku yakin dia
menyukaiku. Aku bisa melihat dari semua tingkah lakunya. Terima kasih Tuhan.
Kau memang baik, cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Namun. . tak bisakah kau
memberikanku waktu lebih lama untuk mendapat cinta sepenuhnya?’
Kyungsoo
menghela nafasnya berat. Menutup matanya, merasakan angin sore menerpa lembut
wajahnya.
“Kyungsoo?”
Kyungsoo kaget mendengar suara baritone itu memanggilnya. Ia membuka matanya.
Dilihatnya Kai sudah berdiri didepannya kini dengan tangan ke belakang.
“Kau
bawa apa Kai?” Kata Kyungsoo setelah memasukan buku itu ke dalam tasnya dengan
tergesa-gesa.
“Bukan
apa-apa. Kenapa kau kelihatan panik dengan buku itu?”
“Ah
tidak, aku tidak apa-apa.” Kyungsoo tersenyum canggung. Ia menatap Kai yg
terlihat gugup.
“Kyungsoo-ah?”
“Ne?”
“Saranghae.
Aku mencintaimu, sangat mencintaimu.” Mata Kyungsoo kini membulat penuh. KAI
MENYATAKAN CINTA PADANYA!
“K-kau
se-serius Kai?”
“Tentu
saja. Aku mencintai, ah bukan aku benar-benar sangat mencintaimu Kyungsoo.
Would you be my Tinkerbell?” Kyungsoo menatap mata Kai, mencari secercah
kebohongan atau keraguan. Namun nihil. Kai benar-benar tulus.
“Yes,
I do.” Jawab Kyungsoo akhirnya, ia tersenyum sambil menunduk. Rona merah
kembali menjalar disekitar pipinya.
“Jjinja?
Yeeeee! Akhirnya aku mendapatkan mu! Yeyeye!” Kai bersorak gembira seperti anak
kecil yang baru diberi eskrim. Ia memeluk Kyungsoo erat. Kyungsoo merasakan
jantungnya mulai berdetak diambang batas normal lagi.
“Aku
berjanji akan selalu mencintaimu sampai kapanpun. aku akan menjagamu,
melindungimu. Tak akan ku biarkan cinta kita pudar karena apapun.” Kai melepas
pelukannya, lalu memakaikan mahkota bunga yang ia buat dikepala Kyungsoo.
“Aku
membuatnya sampai tidak tidur semalaman. Jagalah mahkota itu Tinkerbellku
sayang.” Kai mengusak surai hitam Kyungso lembut. Mendekatkan wajahnya ke wajah
Kyungsoo. Kyungsoo menutup matanya.
CHU
~
Kai
berhasil mengeleminasi jarak diantara mereka. Ia mendapatkan first kissnya. Dan
juga mendapatkan first kiss dari Kyungsoo.
****
Namja
tampan itu meraung keras. Matanya yang selalu bersinar kini redup. Ia lelah.
Lelah dengan keadaan keluarganya yang berantakan. Ibunya yang hanya memikirkan
butik dan fashion, ayahnya yang selalu sibuk bekerja dan berselingkuh, kakaknya
yang kabur dari rumah, ditambah pertengkaran hebat yang selalu terjadi hampir
setiap malam dirumahnya.
“Kai-ah?
Kau tak apa didalam? Izinkan aku masuk.” Kai mendongakkan kepalanya. Suara
lembut itu? Suara Kyungsoo kekasihnya. Kai membuka pintunya, menarik Kyungsoo
masuk lalu kembali mengunci kamarnya.
“Kai-ah,
kau terlihat buruk. Kau pasti tidak mengurus diri dengan baik. Kenapa kau
seperti ini hum?” Kai menatap Kyungsoo dengan tatapan yang membuat Kyungsoo
bingung.
GREP!
Tubuh
Kyungsoo kini dalam dekapan Kai. Bahu namja tan itu bergetar. Ia menangis.
“Baby,
aku benci hidupku. Aku benci appa dan umma. Aku benci hyungku. Mereka semua tak
pernah menyangiku.” Kai terisak. Kyungsoo mengelus pelan rambut Kai.
“Kau
jangan berbicara seperti itu. Mereka menyayangimu kok. Kalaupun tidak, kau
masih punya aku. Kau punya Sehun. Sudahlah, jangan menangis lagi.” Kai melepas
pelukannya. Ditatapnya wajah cantik namjachingunya itu.
CHU
~
Bibir
Kai menempel dibibir Kyungsoo. Melumatnya pelan. Lidah Kai mendorong bibir
bawah Kyungsoo. Meminta izin untuk masuk kedalam mulutnya. Kyungsoo hanya diam,
masih kaget dengan perlakuan Kai. Kai menggigit bibir bawah Kyungsoo, meminta
akses lebih. Kyungsoo membuka mulutnya sedikit. Kai tersenyum dalam ciumannya.
Benda kenyal itu menjelajah mulut Kyungsoo, mengajak lidah Kyungsoo
bertarung(?). Kai mendorong Kyungsoo, merebahkan tubuhnya diranjang tanpa
melepas tautan bibir mereka. Melumat bibir kissable itu semakin ganas. Kyungsoo
yang merasa pasokan oksigennya menipis mendorong tubuh Kai sekuat tenaga, dan
berhasil! Nafasnya terengah, berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin.
“Apa
yg kau lakukan Kai? Kau ingin membunuhku eoh? Kau sedang sedih tapi masih bisa
melakukan yang seperti itu.” Kyungsoo mempout bibirnya imut.
“Hehe.
Maaf baby, aku terbawa suasana.” Kai hanya tersenyum innocent.
“Tidurlah.”
“Tidur?
Kau tak ingin melanjutkannya eoh?”
“Yak!
Dasar pervert! Kita masih dibawah umur!”
Kai mempout bibirnya saat mendengar penolakan Kyungsoo, namun beberapa saat
kemudian ia tersenyum –menyeringai tepatnya-.
“Berarti
kalau sudah cukup umur, kau mau melakukannya denganku baby?”
BLUSH!
Rona
merah itu terlihat lagi di pipi Kyungsoo.
“Apa
yg kau bicarakan? Tidurlah!” Kyungsoo terlihat canggung, sedangkan Kai hanya
terkekeh pelan.
GREP!
“Baiklah
aku akan tidur, tapi dengan posisi ini. dan kau harus menyanyikan lagu untukku
sampai aku tertidur baby.” Kai memeluk Kyungsoo posesif, menyembunyikan
wajahnya di leher sempit Kyungsoo.
“Tapi
Kai. .”
“Tak
ada penolakan baby. Atau aku akan membuatmu tak bisa berjalan besok.” Kyungsoo
menelan ludahnya kasar. Sedangkan Kai hanya menyeringai.
“Ba-baiklah
Kai.” Kyungsoo menutup matanya, menarik nafasnya panjang.
‘naega nungama gidohan i sungani
geudae ein mameul anajulge cheoncheonhi
oneuri hanbeonui Chance na naeditneun cheot
georeum
yaksok halge jal halgeoya
gidaemankeum na yeoksi haengbokhage
uri dul manui kkum geu cheot georeum
nae nuni wae iri nunbusyeo hage dwae
simjangi wae iri michin deut ttwige hae
sum gappa ojiman naegen neomu sojunghae itjima
maen cheoeum ne kkum, ne mal, geu nunmulboda
jinhan
tto cheongugui nektaboda dalkomhaetdeon
Yes, you are my baby baby baby, baby baby baby
yaksokhae na meomchuji anheulge
geudaeman bomyeo’
Kyungsoo
terkekeh pelan saat tau namja kesayangannya itu sudah tertidur pulas. Walau pervert,
tapi wajahnya sangat polos ketika tertidur. kyungsoo menggerakan tangan Kai,
hendak bangkit dari sisi namja tampan itu.
“Jangan
kemana-mana baby. Tidurlah disini
bersamaku.” Gumam namja tampan itu, matanya masih tertutup. Kyungsoo
menatap wajah damai kekasihnya itu. ia mengusap surai cokelat Kai lembut.
Mengecup dahi namja kesayangannya.
“Sepertinya lebih baik
aku menginap malam ini.” gumam Kyungsoo pelan.
“Good
night my Peter Pan. Sweet dream.”
****
Kyungsoo
mempout bibir kissablenya. Menandakan bahwa ia sedang marah. Namun ekspresi itu
membuat Kai terkikik geli. Kyungsoo sangat lucu menurutnya.
“Berhenti
menertawaiku Kai!” Kyungsoo semakin kesal melihat namjachingunya itu terkikik
terus.
“Mianhae
baby, aku tidak mau ke taman taman bermain karena aku ingin kau melihat ini.”
Kai menunjukan sebuah DVD Tinkerbell yang Kyungsoo incar sebulan ini.
“Yak,
kau mendapatkannya Kai? Itu untuk siapa?” Kyungsoo mulai heboh.
“Tentu
saja. Ini hanya untuk Tinkerbellku tercinta.” Mata Kyungsoo berbinar-binar.
Lalu ia berteriak senang.
“Yeay!
Gomawo Kai. Kau memang namjachingu terbaik yang ada didunia.” Kyungsoo memeluk
Kai erat lalu mengecup bibir Kai sekilas. Kai shock. Tentu saja. Kyungsoo
menciumnya terlebih dahulu?
“Kenapa
malah bengong? Kajja kita menonton!”
“Baby,
apa film itu lebih menarik daripada aku eum?” Kai menghembuskan nafasnya kesal.
Ia kesal melihat Kyungsoo yang dipeluknya itu mengacuhkannya sedaritadi.
“Aish,
kau cemburu eum?” Kyungsoo menatap Kai. Kai tak bergeming. Kyungsoo terkikik
geli.
CHU~
Kyungsoo
mengecup pipi Kai lembut.
“Jangan
pernah cemburu. Karena kau perlu tau, bahwa aku takkan pernah berpaling darimu.
Dan cintaku takkan pernah habis untukmu sampai kapan pun.” Kyungsoo kembali
memandang Kai. Mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling bersentuhan. Kyungsoo
bisa merasakan terpaan nafas Kai yang hangat. Kai tersenyum lembut.
“Aku
tau itu Tinkerbellku. Cintaku juga takkan pernah habis sampai kapanpun.” Kai
mengeleminasi jaraknya dengan Kyungsoo. Mencium bibir kissable namjachingunya
dengan lembut. Hanya sebuah ciuman. Ciuman yang tulus dan didasari cinta.
****
Hari
ini tepat satu tahun hubungan Kai dan Kyungsoo. Namja bermata bulat itu
terlihat sedih dan gelisah. Tangannya terus ia remas. Dadanya seakan bergemuruh
tanpa sebab.
“Baby,
lihatlah aku punya hadiah untukmu.” Suara baritone Kai merasuki pikiran
Kyungsoo.
“Taraaaaa!
Kau ingat kalung yang ku gambar pada sketsa Tinkerbell dan Peter Pan dulu? Itu
adalah kalung ini. Tinkerbell itu adalah Kau, Peterpannya aku. Lihat, K untuk
Kai. Dan K untuk Kyungsoo. Bagus bukan baby? Aku ingin kau memakainya.” Kai
tersenyum cerah pada Kyungsoo.
“Sini
aku pakaikan baby.” Kai hendak mengalung(?)kan kalung itu dileher Kyungsoo.
“Tidak
usah Kai.”
“Eum?
Maksudmu baby?”
“Kau
tidak usah memakaikan kalung itu padaku.” Kai mengernyitkan dahinya heran.
“Ada
apa denganmu baby?” Tanya Kai. Kyungsoo menunduk, ia menahan airmatanya supaya
tidak jatuh.
“Aku
tidak apa-apa. Tolong jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi.”
“Baby
apa maksudmu? Aku tak mengerti.”
“Tak
cukupkah kau mengerti Kai? Jangan memanggilku baby. Hubungan kita cukup sampai
disini.” Kai membulatkan matanya.
“MWO?!
Apa maksudmu Baby? Kenapa kau berbicara begitu? Apa salahku eoh?!” Suara Kai
terdengar sedikit meninggi.
“Ku
bilang berhenti memanggilku baby. Kau tak punya salah padaku. Aku hanya tidak
bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Dan aku sudah tidak mencintaimu lagi.
Mianhae. Annyeong.” Kyungsoo berlari kencang meninggalkan Kai yang kini terpaku
menatapnya.
“Do
Kyungsoo!! Kau membuatku gila!!” Kai menendang segala hal yg ia lihat. Ia
menatap kosong taman belakang sekolahnya. Sesekali kembali meneriakan nama
Kyungsoo. Hatinya sakit, sangat sakit.
Kai membuka pintu rumahnya, pandangannya
tertuju pada dapur. Tempat biasa ia mengganggu Kyungsoo yg sedang memasak.
Bilang membantu padahal malah menghancurkan dapur. Pandangannya beralih lagi
pada sofa ruang tamunya. Masih lekat dalam ingatannya waktu Kyungsoo mengecup
pipinya hangat. Membisikan kata cinta. Kai memegang pipinya yang kini terasa
dingin.
“Ada apa denganmu
Kyungsoo?”
/Kyungsoo Side/
‘Tuhan, aku meninggalkannya hari ini. aku
ingin dia terbiasa hidup tanpa kehadiranku. Terima kasih kau sempat memberiku
waktu untuk merasakan Cintanya. Kau begitu baik padaku Tuhan. Tetapi jika boleh
meminta, aku ingin terus berada disisinya Tuhan. Aku tau aku tak sepantasnya
mengeluh. Tapi aku benar-benar mencintainya. Tuhan, kumohon. Jangan pernah
membuatnya bersedih, jangan pernah membuat senyumnya pudar. Aku mencintainya.
Sangat mencintainya. Ia yang membuat hidupku jauh lebih sempurna dari
sebelumnya. Aku hanya memohon satu hal kecil padamu sekarang. Tuhan, aku
sangaaaaaat memohon. Tolong bahagiakan ia, dengan, atau tanpa aku.’
Kyungsoo
kembali menutup buku berwarna biru itu. Buku itu ialah diarynya. Tempat ia
mencurahkan seluruh keluh kesahnya.
“Mianhae
Kai, jeongmal mianhae. Aku masih mencintaimu. Sungguh aku mencintaimu.
Keadaanlah yang memaksaku.” Kyungsoo bergumam lirih. Berkali-kali ia menyeka
air matanya yang selalu turun tanpa henti.
Masih bisa diingatnya,
perkataan Dr.Lee minggu lagu dengan jelas.
“Waktumu tak banyak Kyungsoo. aku tak bisa
banyak membantu. Mianhae.”
Kata-kata
Dr.Lee itu benar-benar membuatnya frustasi.
“Kyungsoo-ah.
Saatnya pergi.” Seorang namja cantik masuk ke kamarnya diikuti seorang ahjumma.
“Kau
sudah siap chagi?” Ahjumma itu mengelus puncak kepala Kyungsoo sayang. Terlihat
kesedihan dari matanya.
“Aku
sudah siap umma.” Kyungsoo memeluk ahjumma yang merupakan ibu angkatnya selama
ia di panti.
“Umma,
berjanjilah padaku jangan pernah beritahu apapun jika ada orang yang mencari
atau menanyakanku.” Kyungsoo melepas pelukannya itu, menatap dalam mata
seseorang yang ia panggil ‘umma’ itu.
“Ne.
semoga Tuhan memberikan yang terbaik untukmu sayang.” Ahjumma itu mencium dahi
Kyungsoo.
“Baiklah,
sekarang waktunya Kyungsoo.” dokter Lee, dokter yang mengurus Kyungsoo itu
menepuk bahu Kyungsoo. kyungsoo mengangguk lemah.
Kyungsoo
menatap panti asuhan tempat ia tinggal dengan tatapan miris. Kristal bening itu
sudah membasahi pipi Kyungsoo sejak tadi. Mobil yang ia gunakan kini mulai
menjauh dari tempat kesayangannya itu.
“Kyungsoo?”
terdengar suara Dr.Lee menyapanya lembut.
“uljima.
Aku berjanji akan membantumu sebisa mungkin.” Kyungsoo memeluk tubuh orang yang
sudah ia anggap hyungnya sendiri itu.
“Gomawoyo
hyung.”
****
Tiga
minggu berlalu. Namja tan itu melirik banku disebelahnya. Kosong. Ia mengacak
rambutnya frustasi.
“Kemana
kau Kyungsoo?!” teriak Kai. Kelas sudah kosong, namun ia masih betah memandang
bangku disebelahnya itu. Hati kecilnya menjerit-jerit keras. Ia begitu
merindukan namja cantik itu.
“Kai-ah?
Kau masih disini rupanya.” Kai melirik ke arah suara itu.
“Sehun?”
“Iya,
ini aku Sehun. Cho songsaenim memanggilmu. Cepatlah ke kantornya.” Kata Sehun.
Kai terhenyak sejenak.
“Cho
songsaenim mencariku? Untuk apa?” Sehun mengendikkan bahunya.
“Lebih
baik kau menghampirinya sekarang. Sepertinya penting sekali.” Sehun melenggang
meninggalkan Kai yang masih terpaku di kelasnya. Kai membereskan barangnya,
lalu melangkahkan kakinya menuju kantor guru.
‘Ada apa Cho songsaenim
mencariku?’ Batinnya bingung.
“Jong in?” Namja tan
itu membalik badanya. Terlihat seorang namja putih dengan kacamata yang begitu
ia kenal.
“Ah, Cho songsaenim.
Saya baru saja akan ke ruangan anda.”
“Lebih baik kau ikut
aku.” Kai mengerutkan dahinya. Cho songsaenim malah berjalan menuju tempat
parkir.
“Maksud songsaenim?”
Kai mengejar Cho songsaenim. Ia tak mengerti, kenapa tiba-tiba wali kelasnya
ini menyuruhnya mengikutinya.
“Masuklah. Kau akan
tahu nanti.” Kata Cho songsaenim dingin. Kai hanya mengangguk lalu masuk ke
dalam audy putih itu. Hening. Cho songsaenim menatap lurus ke jalan, sedangkan
Kai sibuk bergelut dengan fikirannya.
“Songsaenim, sebenarnya
kita mau kemana?”Kai benar-benar penasaran dengan gurunya itu. Cho songsaenim
menghentikan mobilnya. Ia menatap Kai, tatapannya berbeda, dan sulit untuk
diartikan.
“Turunlah.” Pria itu
keluar dari mobilnya. Kai mengikuti langkah gurunya itu. Ia merasa asing dengan
tempat ini.
“Panti rehabilitasi
kanker?” Gumam Kai, ia menatap bingung pada gurunya itu. Pria itu hanya
mengangguk lalu masuk kedalam gedung tersebut, diikuti Kai yang kembali bergelut dengan fikirannya.
****
Seorang
namja imut menatap kosong ke arah jendela kamar yang sudah ia tempati 3 minggu
ini. matanya menyiratkan kesedihan, pipi chubbynya mulai terlihat tirus, bibir
peachnya memucat, senyuman yang selalu bertengger di bibir kissablenya kini
hilang. Mata bulat namja itu menerawang ruangan serba putih ini. Sepi. Kosong.
Seperti hatinya. Hidupnya kini berubah,
ia merasa dirinya sudah seperti mayat hidup. Hanya berbaring diranjang. Makan,
minum obat, walau ia tahu obat itu sudah takkan bisa menyembuhkannya. Dan,
menunggu ajal menjemputnya.
Ia mengambil sebuah
buku berwarna biru awan, membukanya. Sudut bibirnya melengkung ke atas,
membentuk sebuah senyuman pilu. Diusapnya foto dirinya bersama seorang namja
kesayangannya di buku itu. Matanya tertuju pada kertas yang terselip dihalaman
awal buku tersebut. Lagi-lagi ia tersenyum melihat gambar pada kertas itu.
‘Peter Pan & Tinkerbell’.
Tes
Tes
Kristal
bening itu kembali turun dari mata indahnya.
“Masih
memikirkan Kai?” Namja imut itu menatap sosok yang muncul dari pintu masuk. Ia
menghapus air matanya kasar, lalu tersenyum selembut mungkin.
“Kau
merindukan Kai ya Kyungsoo?” Kyungsoo –namja imut tadi- hanya menangguk lemah.
Dr.Lee –sosok tadi- memeluk tubuh kurus Kyungsoo. Hatinya begitu sakit
merasakan kepiluan hati Kyungsoo. bagaimana pun ia sudah menganggap Kyungsoo
seperti dongsaaengnya sendiri.
“Aku
benar-benar merindukannya Hyung.” dr.Lee merasakan basah pada pundaknya. Tubuh
kurus dan lemas itu mengeratkan pelukannya. Ia hanya bisa mengusap punggung
Kyungsoo.
“Uljima
Kyungsoo-ah.” Kyungsoo melepas pelukannya, menatap mata orang yang sudah banyak
berjasa dihidupnya itu.
“Aku
tidak kuat hyung. maafkan aku jika nanti tiba-tiba aku meninggalkanmu.” Dr.Lee
menatap pasiennya itu nanar.
“Jangan
berbicara seperti itu Kyungsoo.” kyungsoo tersenyum pahit.
“Itu
kenyataan hyung. hhh~” Kyungsoo menghela nafasnya panjang.
“Andai
Tuhan memberiku kesempatan sekali lagi. Aku ingin memeluk Kai hyung. aku ingin
minta maaf padanya. Aku ingin merasakan pelukannya lagi, walau mungkin saat ia
memelukku tubuhku mendadak pucat dan membiru.” Kyungsoo lagi-lagi tersenyum
miris. Dr.Lee sudah benar-benar tak bisa menahan airmatanya lagi. Namja manis
itu terisak pelan.
“Hyung,
kenapa kau menangis?” Kyungsoo menatap lelaki yang 5 tahun lebih tua darinya
itu.
“Tidak
apa Kyungsoo. aku punya kejutan untukmu hari ini.” dr.Lee mengusap Air matanya
kasar.
“Tunggu
sebentar.” Namja manis itu keluar dari ruangan Kyungsoo. kyungsoo hanya menatap
kosong ke arah pintu itu..
“Kyungsoo-ah?”
Sebuah suara serak masuk ke pendengaran Kyungsoo. seorang lelaki tinggi putih
berkacamata yang ia kenal masuk ke kamarnya.
“Cho
songsaenim?” Kyungsoo menatap sosok itu dengan pandangan kaget. Sosok tinggi
itu tersenyum manis.
“Bagaimana
bisa songsaenim bisa disini?”
“Aku
yang menyuruhnya kesini.” Ucap Dr.Lee yang entah kapan tiba-tiba berada
disamping gurunya itu.
“Sungmin
kekasihku. Dia bercerita tentang seorang namja manis dan kuat sedang melawan
kesakitannya padaku. Dan setelah aku ketahui itu dirimu. Aku langsung datang
kesini.” Kyungsoo hanya tersenyum kecil melihat kedua orang didepannya itu.
“Kau
sangat serasi dengan Cho songsaenim hyung.” Sungmin hanya tertawa kecil.
“Kau
bisa saja Kyungsoo. eh, Kyu. Kau bawa kejutan untuk Kyungsoo kan?” Sungmin
menatap namjachingunya itu.
“Tentu
saja. Tunggu sebentar muridku yang pintar. Aku keluar dulu.” Kyungsoo menatap
sosok gurunya yang menghilang dibalik pintu.
“Hyung,
sebenernya kejutan apa yg akan kau berikan?” Sungmin tak menjawab. Ia hanya
mengelus surai hitam pasien kesayangannya itu.
“Annyeong.”
DEG!
Kyungsoo
merasakan jantungnya berdetak mendengar suara baritone ringan itu. Mungkinkah?
“K-ka-kai?”
Kyungsoo membulatkan matanya yang sudah bulat itu. Matanya berkaca-kaca.
Mungkinkah ini kebaikan Tuhan?
“Baby!”
Kai berlari kearah tubuh yang kini tergolek lemah diatas bangsal putih itu. Kai
memeluknya erat, begitu erat. Dan butiran air bening itu mengalir tanpa izin
dari manic cokelatnya.
“Kai,
aku hiks. . aku me . . hiks. . aku merindukanmu. . hiks hiks. .” Isakan itu
lolos dari bibir Kyungsoo. ia benar-benar merindukan sosok yang kini tengah
memeluknya erat.
“Aku
juga merindukanmu baby. Aku sangat merindukanmu.” Balas Kai. Sungmin dan
Kyuhyun hanya menatap haru pada sepasang insan itu.
“Mianhae.
Aku sudah membohongimu.” Kyungsoo melepaskan pelukannya, menatap manic Kai
hangat.
“Gwaenchana
baby-soo.” Kai mengusak surai hitam namja imut kesayangannya itu.
“Berhentilah
memanggilku baby. Carilah penggantiku.” Kata Kyungsoo lagi. Kai membelakakan
matanya.
“Apa
maksudmu baby? Kenapa kau bicara begitu?”
“Aku
sudah bukan kekasihmu, dan aku sudah tak bisa menjadi kekasihmu lagi. Carilah
penggantiku.” Kyungsoo menatap Kai dengan tatapan sendunya.
“Kau
kekasihku. Dan selamanya akan begitu.” Ucap Kai.
“Pabo.
.”
“Mwo?”
“Pabo.
Neon jeongmal pabo.” Kyungsoo terkekeh pelan.
“Kenapa
kau menertawaiku baby?” Kai menatap aneh pada kekasihnya itu.
“Karena
kau bodoh. Apa yang kau harapkan dari orang berpenyakitan sepertiku?”
“Baby,
sebenarnya kau kenapa? Jelaskan padaku.” Kyungsoo menatap Kai lembut, senyuman
tipis terlukis dibibir pucatnya.
“Leukimia.”
‘KRAK’
Hati
Kai hancur mendengar penuturan namja imut itu.
“Aku
masih mencintaimu Kai. Tapi keadaanlah yang memaksaku. Maafkan aku. Carilah
penggantiku.” Kata Kyungsoo. kai kembali memeluk tubuh kurus namja tercintanya
itu. Menelusupkan wajahnya diceruk leher Kyungsoo.
“Tidak,
tidak akan pernah. Hiks. . jangan tinggalkan aku baby. . hiks.” Namja tan itu
terisak dicelah leher Kyungsoo. kyungsoo mengelus surai cokelat itu lembut.
“Jangan
bertindak gila Kai. Carilah yang lebih dariku.”
“Tidak
baby. Cukup hanya do Kyungsoo yang ada dihatiku.” Kyungsoo mendorong tubuh Kai,
melepas pelukannya. Ia menatap Sungmin dan Kyuhyun yang daritadi hanya menonton
adegan melankolis itu.
“Hyung,
terimakasih sudah mau merawatku selama ini, kau adalah Hyung terbaik yang
pernah aku miliki. Dan Cho songsaenim, terimakasih telah memberiku banyak
pelajaran untukku. Aku menitipkan hyungku
yang manis itu pada anda.” Sungmin meneteskan air matanya.
“Kau
juga dongsaengku yang paling baik.”
“Dan
muridku yang paling pintar.” Kyungsoo mengangguk lemah. Ia mengarahkan
pandangannya pada Kai.
“Kai,
terimakasih sudah mengisi hari-hariku selama ini. Aku mencintaimu selamanya.
Dan aku akan selalu bersamamu sampai kapanpun. disini.” Kyungsoo menunjuk dada
namja tan itu.
“Dihatimu.
Hiduplah untukku. Aku selalu memperhatikanmu dari manapun.”
“Maaf
jika aku menyusahkanmu. Menyusahkan Sungmin hyung, Cho songsaenim, dan
teman-teman lain.” Tambah Kyungsoo.
“Kau
. . hiks . .tak pernah hiks. . menyusahkan siapapun baby.” Kai masih terisak.
Kyungsoo menngambil sapu tangannya, lalu menangkupkan tangannya diwajah Kai.
Menghapus jejak airmata diwajah tampan namja kesayangannya.
“Jangan
pernah menangisi kepergianku. Dashi mannabol tennika.”
Chu~
Kyungsoo
mencium bibir Kai lembut. Menyalurkan semua cinta yang ia miliki untuk namja
tampan itu. Kai membalas ciuman Kyungsoo, melumat lembut bibir kissable yang
sudah menjadi candunya. Kai mendekap tubuh mungil itu, sama dengan Kyungsoo
yang memeluk tubuh Kai.
“Saranghae
my peter pan.” Kata Kyungsoo setelah melepas tautannya. Kai menatap mata teduh
Kyungsoo.
“Nado
saranghae my tinkerbell.” Ucap Kai lalu kembali melumat bibir Kyungsoo, hanya
lumatan lembut penuh cinta. Mereka mengeratkan pelukannya. Asin. Keduanya
menangis, tangisan bahagia dan kesedihan. Mata indah Kyungsoo menutup perlahan.
Pelukannya melonggar. Ia sudah tak membalas ciuman Kai lagi. Kau melepas
ciumannya, mengguncang tubuh Kyungsoo.
“Baby,
ireona. Jangan tidur kumohon. . hiks. . Baby, bangunlah. . hiks.” Kai terisak.
Dipeluknya tubuh namja kesayangannya yang sudah tak bernyawa. Kyungsoo pergi
dengan tenang.
“Baby.,
kenapa kau meninggalkanku? Hiks. .aku benar-benar tak bisa tanpamu. .hiks.”
tangisnya pecah. Sungmin menangis dalam dekapan Kyuhyun, Kyuhyun membuka
kacamatanya, mengusap airmata yang merembes keluar. Mereka kehilangan sosok
ceria dan baikhati Kyungsoo.
****
Kai
mengusap nisan bertuliskan hangul dengan nama Do Kyungsoo. memandang gundukkan
tanah yang telah menyimpan jasad orang tecintanya selama setahun 3 bulan ini.
tangannya menggenggam sapu tangan yang dulu selalu dibawa Kyungsoo. ia merogoh
sakunya, menatap 2 kalung dengan bandul huruf
‘K’ yang dulu akan ia berikan pada Kyungsoo.
“Tak
terasa setahun lebih kepergianmu telah berlalu. Aku masih mencintaimu disini
Baby. Aku tak bisa mencari penggantimu yang lain. Haha.” Kai tertawa pelan.
“Biarlah,
kau ingat bukan apa yang dulu kau katakan Baby? Dashi mannabol tennika. Kita
akan bertemu lagi. Dan aku yakin itu.” Kai tersenyum manis. Ia berdiri,
meninggalkan makam namja yang masih ia cintai sampai saat ini.
“Kai!”
Kai mendengar teriakan Sehun dari seberang jalan. Ia melihat Sehun melambai
padanya, dan dua orang lain yang tersenyum padanya. Ya, itu Sungmin dan
Kyuhyun.
“Cepat
kemari. Cho songsaenim akan mentraktir kita.” teriak Sehun dari seberang jalan.
Kai mengangguk cepat lalu berlari keseberang jalan.
BRAKKK!!
Tubuh
namja tan itu terpental dan menghantam aspal. Kepalanya mengeluarkan banyak
darah. Seorang tinggi keluar dari mobil, melihat orang yang barusan
ditabraknya.
“KAIIIII!
Ireona!” Sehun mengguncang tubuh sahabatnya itu. Sungmin menutup mulutnya
menahan isakkan melihat keadaan Kai yang bersimbah darah.
“Ayo
bawa dia ke rumah sakit.” Kata Kyuhyun.
“Bawa
dia kedalam mobilku.” Si penabrak tadi muncul dari kerumunan.
.
.
.
.
“Bagaimana
dokter?” Sehun mengguncang tubuh namja berjas putih yang baru saja keluar dari
ruangan Kai. Namja itu menggeleng pelan.
“Mianhae,
kami tak bisa menyelamatkannya. Jangan ditangisi, ia akan tenang disana.”
****
“Umm,
aku dimana ini?” Kai mengedarkan pandangannya. Tempat ini seperti taman bunga.
Ia mengenali tempat ini.
“Neverland?”
Namja itu menggumam pelan.
“Kai!”
Suara lembut itu membuat Kai menoleh. Seorang namja cantik dengan mahkota bunga
dikepalanya tersenyum lembut ke arah Kai.
“Baby
soo?!” Kai berlari ke arah sosok itu. Memeluknya erat.
“Teganya
kau meninggalkanku baby. Kau tau betapa lama dan sakitnya aku menunggu supaya
bertemu denganmu lagi?” Kai mengerucutkan bibirnya. Kyungsoo terkikik kecil.
“Itu
bukan kemauanku bodoh. Kau yang gila mau
menungguku.” Kyungsoo meninju bahu Kai pelan.
“Kau
lebih gila karena mencintai orang gila sepertiku.” Kai menyentil hidung mancung
Kyungsoo.
“Sudahlah,
kita sama-sama gila.” Kyungsoo tertawa kecil. Kai ikut tertawa.
“Eum,
baby? Dimana kita sekarang?” Tanya Kai setelah menghentikan tawanya. Kyungsoo
menatap mata Kai lembut.
“Kita
di neverland. Lihat, disini indah bukan? Banyak peri-peri baik disini. Dan
bunga berwana pink, itu rumahku.” Kyungsoo menunjuk bunga tulip berwarna pink
yang tak jauh dari merka. Kai tersenyum.
“Sudah
ku kira kita akan bertemu lagi baby.” Kyungsoo mengangguk seraya tersenyum.
“Oh
iya aku punya sesuatu untukmu. Tutup matamu dan jangan mengintip.” Kyungsoo
kembali mengangguk lalu menutup matanya. Kai merogoh saku celananya. Ia tersenyum
melihat kalung miliknya, lalu memasangkannya dileher Kyungsoo.
“Selesai.
Buka matamu baby.” Kyungsoo membuka mata
bulatnya, meraba lehernya.
“Kalung
ini?”
“Ya.
itu kalung kita. lihat, aku juga memakainya.” Kai menunjuk kalung yang ia
pakai. Kyungsoo menghambur memeluk Kai, lalu mencium bibir kekasihnya itu. Kai
tersenyum dalam ciumannya. Ia membalas ciuman Kyungsoo. melumat bibir yang
sudah setahun lebih ia rindukan. Lama kelamaan ciuman itu mulai memanas.
Kyungsoo memukul dada Kai, paru-parunya sudah sesak. Kai melepas ciuman itu.
“Yak!
Kau masih saja pervert!”bentak Kyungsoo.
“Pervert
tapi kau menyukainya bukan?” Semburat merah muncul dari pipi Kyungsoo. tak bisa
ia pungkiri bahwa ia memang menyukai ciuman tadi. Kai terkekeh pelan.
“Aku
mencintaimu.” Ucap Kai. Kyungsoo menatap namja tan itu..
“Aku
juga mencintaimu.” Balasnya.
“Benarkah?”
“Tentu
saja. Kau meragukanku?”
“Tidak,
hanya saja aku butuh bukti.” Ucap Kai sambil tersenyum, menyeringai tepatnya.
“Bukti
apa eoh?” Kata Kyungsoo. ia kesal, Kai meragukan cintanya?
“Kau
ingat perkataanmu dulu?” Kyungsoo menatap Kai bingung.
“Perkataan
yang mana?” Kyungsoo mengerjap imut, membuat Kai semakin gemas pada namja ini.
“Hmm,
kau tau baby? 3 hari yang lalu adalah ulangtahunmu. Dan kemarin adalah ulang
tahunku. Sekarang kita sudah berumur 20 tahun.
“Ne.
lalu apa hubungannya dengan bukti cintaku?” Kyungsoo masih tak mengerti. Kai
menyeringai lagi, Kyungsoo sedikit ngeri melihat senyuman –seringaian- namja
didepannya ini.
“Aku
menagih janjimu.”
Glup.
Kyungsoo menelan ludahnya kasar.
“Ja-janji
yang mana maksudmu Kai?” Kai mendekatkan wajahnya ke wajah Kyungsoo, meniup
pelan telinga Kyungsoo.
“Janji
soal melanjutkan hal yang sempat tertunda dikamarku dahulu.” Bisik Kai dengan
nada seduktif.
“Yak!
Pervert! Aku tidak mau!” Kyungsoo berteriak lalu berlari menuju bunga tulip
berwarna pink –rumahnya-. Kai terkekeh pelan.
“Kau
tak akan bisa lari dariku baby~” Kata Kai yang berlari menyusul Kyungsoo.
****
‘Terimakasih Tuhan. Kau begitu baik padaku.
Kau kembali mempertemukan aku dengan namja kesayanganku ini. ini adalah
mukjizat terbaik untukku. Aku percaya, Kau adalah penolong terbaik untuk
siapapun. Dan aku percaya, dibalik cobaanmu, Kau selalu menyimpan suatu
kebahagiaan untukku.’
****
FIN.
Yeay
akhirnya selesai juga ini FF *potong kue*. Author minta maaf sekuelnya kelamaan
terus gak sesuai yang reader harapin. Dan endingnya beneran maksa banget-___-
Oke,
author gak harap banyak kok. Minimal 75 like sama 10 comment disertai request. Author
bakal bikini FF request kalian hehe. *pede banget ini author*
Kalau
kalian menemukan FF ini di page lain, author emang ngirim FF ini ke beberapa
page. Jadi author bukan plagiat ya. dan author selalu pake nama ‘Lee Mico’.
Jadi kalau yang bukan pake nama itu, itu plagiat berarti. *siapa yg mau
plagiatin ff ancur begini coba-___-?*
Nah, author minta maaf
atas kekurangan di FF ini. semoga bisa bertemu di FF lainnya. Keep RCL guys. Yg
jadi Siders gaakan pernah bisa ketemu bias loh *nyumpahin ceritanya*. Yang mau
request insyaallah author kabulin hehe. Yaudah gamsahamnida readerdeul. Ppai^^
*bow*
*pegangan tangan ke
Kai*
*Teleportasi ke dorm
EXO*
Lee Mico
0 komentar:
Posting Komentar