Title : Midnight Sun
Author : Lee Mico (Istrinya KaiD.O) *no protes*
:P
Main Cast : -Byun
Baekhyun a.k.a Baekhyun (Disini jadi Oh Baekhyun)
-Park
Chanyeol a.k.a Chanyeol
Other Cast : Seperti biasa. Find By Your Self~
Genre : Romance (gagal), Sad (failed).
Length : One shot (Long Shoot)
Rating : PG -13
A/N : Holla guys! Mico kembali datang membawa
FF baru :3 kali ini Mico pake cast
om tantenya Mico alias ChanBaek couple :D FF ini REMAKE dari sebuah film Jepang
yang bener-bener Mico suka, yg judulnya ‘Taiyou No Uta’. Mungkin sebagian
reader udah pernah nonton film itu kan? Film itu adalah film jepang pertama
yang Mico suka, dan filmnya keren beuuuuds makanya Mico ubah jadi FF dengan
versi ChanBaek. Jadi jangan bilang Mico PLAGIAT. Karena FF ini emang REMAKE
film tersebut dengan sedikit sekali perubahan /? Buat dapet feelnya, cobain
dengerin lagunya Yui deh, itu Ost film ini^^ Ini bukan FF dengan bahasa jepang,
hanya Soundtrack FF ini saja yg pakai lagu Jepang/? FF ini pernah Mico post di
beberapa FP, yg udah baca, bisa ya review^^ Okay, Lets Get Started!
Disclaimer : Chanyeol punya Baekhyun. Baekhyun
punya Chanyeol. ChanBaek saling
memiliki. ChanBaek juga milik Tuhan, SM, EXO dan juga orangtuanya masing-masing.
Mico tetep milik Tao dan KaiD.O B)
Recommended song : Yui – Its Happy Line, Yui –
Goodbye Days, Yui – Skyline. Tapi yg
Goodbye Days yg paling ngena tuh :’)
Warning : Boy x Boy, Shounen-Ai, Gaje, Typo(s),
abal, feel gadapet, OOC, tulisan berantakan-___-
DON’T LIKE? DON’T READ! PLAGIAT? GO AWAY FROM HERE!!
DON’T BE SILENT READER!
The Story Is Begin
****
*Baekhyun
P.O.V
Aku
mendudukan diriku di kursi panjang dekat jendela kamarku. Ya, ini adalah tempat
favoritku. Tau kenapa? Karena disini adalah tempatku bisa melihat seorang
pangeran tampanku. Nah, itu dia. Namja tinggi dengan rambut cokelat almond yang
selalu duduk ditempat pemberhentian bus depan rumahku menunggu temannya. Dia
belum berubah lagi. seragam SMA-nya, papan selancarnya, motor maticnya, masih
sama seperti kemarin. Namun ntah mengapa, aku tak pernah sedikitpun merasa
bosan memperhatikannya dari sini. Jam menunjuk pukul 05.45 KST. Huh itu artinya
waktuku untuk melihat pangeran tampanku habis. Saatnya matahari terbit. Dan
benar saja, ia sudah bersama 2 orang temannya disana. Kalau begitu sekarang
saatnya bagiku terbang ke alam mimpi ~
*Author
P.O.V
KRINGGGGGGG!!
Suara
jam weker itu menggema diseluruh kamar. Seorang namja cantik menggeliatkan
badannya, merenggangkan ototnya yg kaku setelah beristirahat seharian. Jam
19.00 KST. Namja cantik itu membuka jendela kamarnya, menghirup udara malam
yang sejuk. Memejamkan matanya, membiarkan angin malam menerpa wajah
sempurnanya.
“Chagi,
saatnya makan malam. Ayo turun. Palli!” Suara itu mengusik pendengaran sang
namja cantik. Ia melangkahkan kakinya dengan malas ke kamar mandi. Tak lama,
namja cantik itu sudah muncul diruang makan.
“Malam
cantik, ayo duduk disebelah appa.” Namja cantik itu tersenyum, lalu duduk kursi
sebelah ayahnya.
“Chagi,
apakah kau akan keluar lagi malam ini?”
“Yak!
Oh Sehun, berhentilah bertanya hal yg tak perlu dijawab pada anakmu.”
“Yak!
Oh Luhan, berhentilah membentak pada suamimu!” namja cantik bernama Baekhyun
itu memutar matanya malas.
“Umma,
Appa, sudahlah. Aku akan keluar seperti biasa. tak usah bertengkar terus.”
Kedua namja yang tadi bertengkar itu menatap anaknya dengan pandangan bersalah.
“Maafkan
kami chagi, baiklah ayo kita makan~”
-SKIP TIME-
“Baiklah,
hati-hati dijalan ne?” Namja cantik paruh baya itu mencium kening Baekhyun –si
namja cantik tadi- sayang.
“Ne
umma.” Baekhyun tersenyum simpul.
“Chagi,
kau ingatkan matahari terbit?”
“Tentu
saja appa. Jam 04.40. aku pergi sekarang ne umma, appa. Annyeong~” Langkah
mungil namja itu menjauh dari rumahnya. Dan kini dapat terlihat seorang namja
mungil sedang terduduk ditengah taman kota dengan gitar serta sebuah lilin
kecil.
‘Dare no tame ni ikite iru no?
Sae nai hibi wo sugoshite
Yowasa mo itami mo dore kurai
kanjiteru no?
Tarinai kinou ni obore
yume ni kaita kyou
Soro wa nakute mo
Yoake mae no mabataku hoshi wa
kiete ita no? asu wa ita no?
Tomorrow never knows
It's happy line’
Baekhyun
menatap tangan mungilnya yg baru saja selesai melantunkan music indah bersama
gitar kesayangannya. Ia tersenyum tipis. Penyakit XP itu tidak –lebih tepatnya
belum- mempengaruhi kegiatannya.
“Aku
bersyukur padamu Tuhan. Terimakasih atas semua yg Kau berikan padaku.”
****
“Hyung
suaramu sangat bagus! Kau bisa segera menjadi bintang!” Seorang namja manis
bermata panda tersenyum hangat pada Baekhyun yg baru saja selesai menyanyikan
lagu ciptaannya.
“Gomawo
baby-panda. Ya, mungkin suatu saat nanti itu bisa terwujud.” Baekhyun mengacak
pelan rambut hitam Tao.
“Yak
hyung! jangan mengacak rambutku eoh.” Tao mempout bibirnya, Baekhyun terkikik
geli melihat tingkah sahabatnya ini.
Jam
menunjuk pukul 23.00 KST. Dua namja manis itu kini asik bercanda ditengah taman
kota. Memang jalanan masih belum sepi.
Baekhyun mengedarkan pandangannya melihat beberapa orang yg lalu lalang. Namun
pandangannya berhenti pada sosok tinggi yg baru saja lewat didepannya. Baekhyun
terdiam sejenak. Namja itu kan?
“Hyung?
kau kenapa?” Tanya Tao. Bukannya menjawab, Baekhyun malah berlari mengejar
sosok tinggi barusan.
“Ya!
hyung! Chankaman!” Baekhyun tak memperdulikan teriakan Tao, yg ada difikirannya
sekarang adalah mengejar namja tinggi yg merupakan pangerannya itu. Nafasnya
mulai terengah. Ia kembali mengedarkan pandangannya. Itu dia! namja tinggi
dengan surai cokelat almond yg ia cari kini berdiri didepan rel kereta.
Baekhyun mempercepat larinya.
BRUK!
“Awww!
Apa yg kau lakukan?” Seru namja bertubuh tinggi itu. Baekhyun menabraknya
hingga terjatuh. Baekhyun tak menjawab, ia masih sibuk dengan deru nafasnya.
“Hei
anak mungil, apa yg kau lakukan eoh?” Serunya lagi.
“Namaku
Baekhyun!”
“Apa?”
“Namaku
Baekhyun!” ucapnya disela nafasnya.
“Eh?
Ada apa?”
“Namaku
Baekhyun. Umurku 16 tahun. Aku tinggal bersama orangtuaku. Hobiku bermusik. Aku
agak temperamental. Aku belum punya pacar.” Ucap Baekhyun bertubi-tubi.
“Eh?
Apa maksudmu?”
“Aku
memperhatikanmu. Selalu memperhatikanmu. Aku belum punya pacar. Hewan favoritku
kucing. Aku sangat suka strawberry. Musisi favoritku begitu banyak-”
“Hyung!”
Sebuah teriakan yg familiar ditelinga Baekhyun terdengar.
“Mianhae
atas kelakuan temanku.” Kata Tao pada namja tinggi yg baru saja diajak
berbicara –walau lebih tepatnya mendengarkan Baekhyun berbicara- oleh Baekhyun,
lalu mengajak –atau bisa dibilang menarik- Baekhyun pergi dari tempat itu,
membuat si namja tinggi tadi hanya menatap aneh pada keduanya.
“Apa
yg kau lakukan Tao?” Baekhyun melepas genggaman tangan Tao.
“Aku
baru saja menyelamatkanmu dari sebuah penolakan hyung! apa yg kau katakan
padanya itu barusan tidak penting.”
“Kau
menyebalkan Tao.” Baekhyun mendelik kesal lalu melangkahkan kakinya mendahului
Tao.
****
*Baekhyun
P.O.V
Aku
kembali memperhatikannya dari sini. Dari jendela kamarku. Pangeranku kini
sedang tertawa bahagia dengan kedua temannya.
“Jadi
kau menyukainya hyung?” Tanya Tao yg kini ikut duduk memperhatikannya
disebelahku.
“Humm,
aku rasa dia satu sekolah denganku. Tapi aku tidak mengenalnya.”
“Itu
karena kau sering bolos pabo.” Aku menoyor dahi Tao, ia hanya tersenyum dengan
wajah innocentnya.
“Hehe,
tapi apa kau tidak mengetahui namanya sama sekali hyung?” Aku menggeleng lemah.
“Kenapa
kau tidak memakai baju yg dibuatkan Luhan ahjumma?” Aku menatap baju ‘aneh’ yg
menggantung dipintu kamarku. Itu sebenarnya tak terlihat seperti baju, namun
lebih mirip jubah anti sinar matahari dengan penutup kepala yg mirip seperti
helm astronot.
“Kau
bergurau Tao? Kalau aku memakai itu, dia mungkin malah takut atau bahkan
membenciku.” Aku kembali menatap keluar jendela. Hhhh~ hidupku memang agak
rumit dibanding yg lainnya.
“Baiklah,
bagaimana kalau aku mencarikan info tentangnya disekolah?” Ucap Tao. Aku
menatapnya exited.
“Jjinja?”
“Ne
jjinjayo! Apapun untuk membuat hyungku bahagia.” Aku memeluk Tao dengan
semangat.
“Gomawo
baby Panda. Kau memang sahabat sekaligus orang yg paling mengerti aku.”
****
*Author
P.O.V
“Aku
belum bisa memastikan keadaannya jika ia tidak datang kemari nyonya oh.” Kata
seorang dokter bernametag Kim Jong Dae.
“Mianhae,
dia tidak pernah mau ku ajak kemari Dr.Kim.” Luhan menatap dokter yg selalu
menangani anaknya itu.
“Jadi
Baekhyun masih tidak menyukai Rumah Sakit ya?”
“Begitulah
dok. Sepertinya ini tempat yg paling dibencinya didunia.”
“Baiklah
tak apa. Jadi bagaimana keadaannya?”
“Dia
masih sehat seperti biasanya dok.”
“Syukurlah
kalau keadaannya begitu baik.” Dr.Kim tersenyum senang.
“Dia
sudah bisa melewati umur yg anda perkirakan dahulu dok.”
“Ya,
saya tau. Tenanglah nyonya oh. Saya akan tetap meneruskan pengobatannya.”
“Oh
ya dok, soal itu. . .” Ucapan Luhan terhenti.
“Mianhae,
aku belum bisa menemukan obatnya. Penderita penyakit XP ini sangat sedikit.
Tapi anda tidak perlu terlalu khawatir nyonya. Saya akan berusaha semampu saya
untuk Baekhyun.”
****
“Namanya
Park Chanyeol.”
“Park
Chanyeol?” Tao mengangguk pada Baekhyun. Baekhyun memperhatikan video yg
diambil Tao disekolah tadi.
“Park
Chanyeol ya? Bagaimana orangnya?” Tanya Baekhyun antusias.
“Molla
hyung. tapi sepertinya dia bodoh.” Baekhyun hanya mengangguk kecil.
“Sekolah
itu menyenangkan ya?”
“Tidak
juga. Apa kau berfikir begitu hyung? oh iya. Kau kan baru melihat sekolah yg
sebenarnya.”
“Hmm,
sepertinya semua orang terlihat senang ya?”
“Eh?
Sekolah itu tidak menyenangkan hyung. itu membosankan.” Tao menyimpan komik yg
ia baca sedaritadi dan menghampiri Baekhyun.
“Itu
siapa?” Tanya Baekhyun ketika melihat Chanyeol bersama 2 yg selalu ia lihat
dengan Chanyeol saat pagi hari.
“Sepertinya
mereka sahabat dari Chanyeol. Nah yg tinggi dengan rambut pirang itu namanya Wu
Yi Fan namun biasa dipanggil Kris. Lalu namja berkulit tan disebelahnya itu
bernama Kim Jong In atau biasa disebut Kai.”
“Kau
tau hyung? dia terlihat bodoh.”
“Tapi
aku mencintainya Tao, sangat~”
****
Baekhyun
kini duduk dibangku tempat Chanyeol biasa menunggu temannya. Ia memandang
langit sejenak. Diambilnya gitar kesayangannya dan jemari lentiknya mulai
memetik senar itu perlahan.
‘Dakara ima ai ni yuku sou kimetanda
Poketto no kono kyoku wo kimi ni kikasetai
Sotto voryuumu wo agete tashikamete mita yo’
“Lagu
yg kau nyanyikan bagus. Aku menyukainya.” Baekhyun berhenti memetik gitarnya.
“Park
Chanyeol?”
“Ya,
kau sudah tau namaku rupanya?” Chanyeol tersenyum lebar pada Baekhyun. Baekhyun
ikut tersenyum sambil mengangguk.
“Boleh
aku duduk disebelahmu?” Chanyeol menunjuk tempat kosong disamping Baekhyun.
“Tentu
saja boleh.” Chanyeol tersenyum lagi.
“Terimakasih.
Oh iya, apa judul lagu barusan?”
“Ntahlah,
aku belum menemukannya.”
“Jadi
kau membuatnya sendiri?” Lagi-lagi Baekhyun hanya tersenyum dan mengangguk.
“Daebak!”
“Gomawo~”
“Kau
tinggal dimana?”
“Disana.”
Baekhyun menunjuk rumahnya yg berada di sisi atas jalan tersebut.
“Jadi
kau memperhatikanku dari sana?”
“Ya,
setiap hari.”
“Jjinja?
Wah aku jadi malu haha.” Chanyeol tertawa kikuk.
“Aku
harus pergi sekarang.”
“Eh?
Wae?”
“Gwaenchana,
aku harus pulang.”
“Eum,
baiklah.”
“Ppai~”
Ucap Baekhyun lalu berjalan meninggalkan Chanyeol.
“Hei,
tunggu!”
“Ne?”
“Bisakan
kita bertemu lagi nanti?”
“Tentu
saja. Sampai jumpa lagi Chanyeol~” Baekhyun melaimbaikan tangannya pada
Chanyeol. Chanyeol menatap sosok mungil yg kini menjauh dari pandangannya.
“Anak
mungil itu begitu menarik. Saat pertama bertemu dia terlihat cerewet dan aneh,
namun barusan ia terlihat tenang sekali. Dan kenapa dadaku bergemuruh saat
didekatnya barusan ya?” Chanyeol meraba dada kirinya.
“Baekhyun~”
****
*Chanyeol
P.O.V
“Ini
liburan musim panas terakhir kalian disekolah. Belajarlah yang rajin. Jangan
terlalu banyak bermain-main. Arraseo?”
Aku
menatap lelaki paruh baya itu kesal. Dia bodoh atau bagaimana sih? Liburanku
harus diisi dengan belajar? Itu membosankan tentunya. Berselancar dengan Kris
dan Kai akan lebih mengasikkan dari pada harus berkutat dengan buku-buku bodoh
yg akan membuatku mengantuk.
****
“Park
Chanyeol! Mau kemana lagi kau?!”
“Aku
mau pergi umma.”
“Berselancar
lagi? Ini sudah malam anak bodoh! Apa tak ada lagi yg kau fikirkan selain
berselancar hah?!”
“Umma,
berisik sekali. Aku akan pergi ke rumah Kai untuk belajar bersama. Lihat, aku
juga membawa buku. Sudahlah, aku pergi dulu umma. Annyeong!” Aku menutup pintu
rumah lalu melaju dengan motor kesayanganku. Aku memang akan pergi ke rumah Kai
untuk belajar bersama kok. Itu sih niat kami awalnya, tapi kalau sudah
berkumpul, aku ragu apakah kami akan benar-benar belajar haha.
Jalanan
kota seoul memang ramai walaupun sudah malam. Apalagi ini kan liburan pertama
musim panas. Lalulintas mulai agak macet dan ini membosankan. Aku mengedarkan
pandanganku sambil menunggu lampu kembali hijau. Eh, tunggu. Aku baru saja
melihat sosok yg sepertinya aku kenal.
To: Kai
“Sepertinya
aku tidak jadi kerumahmu. Aku ada urusan mendadak. Sampaikan pada Kris juga
ya!”
SEND
Ya,
niatku pergi ke rumah Kai urung. Aku memarkirkan motorku lalu mendekati sosok
tadi.
“Baekhyun?”
Sosok itu menoleh padaku.
“Eh?
Chanyeol?”
“Kau
sedang apa disini?” Tanyaku. Ia tak menjawab, hanya mengarahkan pandangannya
pada seorang penyanyi jalanan yg ada dihadapan kami.
“Ia
mengambil tempatmu?” Tanyaku lagi. Ia mengangguk lemah sambil mempout bibirnya.
Kyeopta!
“Kau
Tau? Penampilannya jelek sekali. Berbeda denganmu Baekhyun-ah. Lalu kenapa kau
tak mencari tempat lain?”
“Aku
jarang keluar rumah. Dan aku tak tau tempat lain selain taman ini.” jawabnya
polos. Ya Tuhan, dia ini manusia atau malaikat sih? Kenapa ia begitu polos dan
menggemaskan?
“Bagaimana
kalau kau ikut denganku? Kita mencari tempat lain. Eotteokhe?”
“Eh?
Mencari tempat lain?” Ia memiringkan kepalanya dan memandangku dengan wajah
imutnya.
“Hhhhh~
Ayo ikut aku.” Aku menarik tangannya, membawanya ke tempatku memarkirkan motor.
“Pakai
ini.” ucapku sambil memberikan sebuah helm padanya. Lagi-lagi ia memandangku
dengan tatapannya yg menggemaskan.
“Kenapa
kau hanya memandangku? Pakai helmnya Baekhyun-ah.”
“Eumm,
sebenarnya ini pertama kalinya aku naik sepeda motor.”
“Eh?
Jjinja?”
“Ne,
jjinjayo~” Jawabnya. Aku memakai helmku, ia memperhatikannya, lalu mencoba
memakai helm yg aku berikan.
“Susah
sekali~” omelnya. Aku tertawa kecil melihatnya yg menggerutu karena tak bisa
memakai helmnya.
“Sini.”
CKLEK!
Aku memasang(?)kan helmnya.
“Nah,
selesai!” Ucapku. Bukannya naik, ia malah diam saja.
“Kenapa
lagi Baekhyun-ah?”
“Kita
mau kemana?”
“Ke
tempat yg bagus. Tenanglah aku tak akan menculikmu. Ayo naik.”
****
“Woaaa~
Bisakah kita berkeliling Chanyeol?” Tanya Baekhyun begitu antusias. Aku hanya
mengangguk sambil tersenyum.
“Ini
pasar malam ya?” Aku hanya kembali mengangguk dan mengikuti langkah mungilnya
dari belakang. Ia terlihat sangat senang. Apakah orang tuanya tak pernah
mengajaknya berjalan-jalan? Ah apa peduli. Yg penting sekarang aku bisa melihat
Baekhyun tersenyum.
“Chanyeol-ah,
ayo kita kesana.” Katanya sambil menarik lenganku.
DEG!
Kenapa
jantungku berdetak lebih cepat seperti ini?
****
*Author
P.O.V
‘Tobi kata wa shiranai yo
Toberu kamo wakaranai yo
I want to fly well I want to fly well
Dakedo yuku yo
I want to fly well I want to fly well
Tobi kata wo shiru tame ni wa…
I want to fly well I want to fly well
Sora ni de nakucha ikenai
to skyline’
PROK
PROK PROK.
Suara
tepuk tangan terdengar riuh setelah Baekhyun selesai menyanyikan lagunya. Ia
tersenyum bahagia. Lihatlah, banyak sekali
orang yg mengerumuninya sekarang, memuji lagu ciptaannya.
Baekhyun
menyalakan sebuah lilin kecil miliknya. Memandang sejenak pada orang-orang yg
mengelilinginya. Ia tersenyum hangat pada Chanyeol.
‘Dakara ima ai ni yuku sou kimetanda
Poketto no kono kyoku wo kimi ni kikasetai
Sotto voryuumu wo agete tashikamete mita yo
Oh Good-bye days ima
Kawaru ki ga suru kinou made ni so long
Kakkoyoku nai yasashisa ga soba ni aru kara
Lalalalala with you~’
****
Namja
tinggi bernama Park Chanyeol itu tersenyum. Ia bahagia. Sungguh bahagia. Entah
kenapa, ia pun bingung. Tapi ia merasa begitu bahagia malam ini karena bisa
terus bersama-sama Baekhyun.
Sepeda
motor milik Chanyeol kembali melintasi jalanan kota seoul. Baekhyun memeluk
tubuh tinggi Chanyeol. Nyaman. Itulah yg kini dirasakan Baekhyun. Baekhyun
mengeratkan pelukannya, menyandarkan kepalanya pada punggung Chanyeol.
“Tuhan,
andai waktu bisa berhenti. Aku ingin terus memeluk Chanyeol seterusnya.” Gumam
Baekhyun dalam hati sambil tersenyum manis. Tanpa Baekhyun sadari, Chanyeol
ikut tersenyum.
“Tuhan,
kenapa Baekhyun bisa membuatku senyaman ini? Hentikan waktu Tuhan, kumohon. Aku
tak rela jika nanti pelukan ini terlepas.” Ujar Chanyeol dalam hati.
****
Chanyeol
dan Baekhyun memandang ke arah deburan ombak didepannya. Ya, kini mereka ada
dipantai tempat Baekhyun biasa berselancar dengan Kai dan Kris. Hening. Hanya
deburan ombak yg terdengar di antara mereka berdua.
“Baekhyun-ah,
Apa suatu saat nanti kau akan membuat albummu sendiri?” Chanyeol mencoba
memecah keheningan.
“Album?
Umm, mungkin aku akan mencobanya nanti.” Jawab Baekhyun sambil kembali tersenyum manis.
“Kau
hebat Baekhyun-ah. Kau luar biasa. tak seperti aku. Aku hanya hidup dan mati
dengan biasa saja. Tak ada yg istimewa.”
“Eh?
Itu tidak benar Chanyeol.”
“Tidak
benar?”Chanyeol memandang Baekhyun. Baekhyun lalu mengangguk.
“Chanyeol
bisa melakukan apapun yg ingin Chanyeol lakukan mulai sekarang.” Chanyeol
tersenyum sekilas. Ia kemudian berdiri menghadap Baekhyun.
“Namaku
Park Chanyeol. Aku belum punya pacar. Hobiku berselancar.” Chanyeol meniru
ucapan Baekhyun saat pertama kali bertemu dengannya.
“Baekhyun,
maukah kau kencan denganku?” Baekhyun membulatkan matanya. Chanyeol mengajaknya
berkencan? Baekhyun memandang Chanyeol yg kini menatapnya dengan pandangan
cemas. Baekhyun tersenyum tipis.
“Ne^^”
Ucap Baekhyun akhirnya. Chanyeol tersenyum lebar.
“Sebentar
lagi.”
“Mwo?”
“Kau
tau Baekhyun? Pemandangan disini terlihat sangat indah saat matahari terbit.”
“Matahari
terbit? Tidak mungkin.”
“Aku
tak berbohong Baekhyun-ah. Kira-kira sekitar 10 menit lagi.” Baekhyun melirik
jam tangannya. 04.30 KST.
“Suatu
saat nanti, kau bisa melihatku berselancar.” Ucap Chanyeol.
“Aku
harus pulang.”
“Eh?
Apa kau tidak ada waktu?” Chanyeol memandang wajah Baekhyun yg kini terlihat
gelisah.
“Aku,
aku ingin pulang. Chanyeol aku ingin pulang sekarang. Jebal.”
“Aish
tunggulah sebentar lagi Baekhyun-ah.” Baekhyun menghela nafas berat. Ia tak
punya pilihan lagi. Baekhyun berlari. Ia harus pulang. Sekarang.
“Eh
ada apa? Tunggu!” teriak Chanyeol sambil mengejar Baekhyun.
“Aku
akan mengantarmu pulang Baekhyun-ah.” Tahan Chanyeol sambil menggenggam tangan
Baekhyun.
“Mianhae.”
“Eh?”
“Mianhae.”
Ucap Baekhyun lagi lalu melepaskan tangan Chanyeol dan kembali berlari.
Chanyeol kembali mengambil motornya lalu mengejar Baekhyun.
Baekhyun
menarik nafasnya dalam. Ia lelah, sangat lelah. Matanya terpejam. Nafasnya
begitu terengah.
“Baekhyun-ah!
Naiklah.” Ucap Chanyeol yg berhasil mengejar Baekhyun.
****
“Baekhyun-ah!
Gitarmu!” Chanyeol meneriaki Baekhyun yg langsung berlari ke rumahnya. Ada apa
dengan Baekhyun? Kenapa ia begitu terburu-buru? Fikirnya.
Baekhyun
melangkahkan kaki mungilnya dengan cepat. Matahari sudah hampir terlihat dari
ufuk timur.
“Baekhyun-ah!
Tunggu!” Teriak Chanyeol.
BRAAK!
Pintu
berwarna cokelat itu tertutup keras.
‘Selamat!’
Gumam Baekhyun. Ia menahan kenop pintu itu dari dalam takut-takut Chanyeol
menerobos masuk.
“Ya!
Baekhyun-ah? Kau kenapa? Buka pintunya!” Chanyeol menggedor pintu rumah si
Namja mungil. Namun nihil. Baekhyun sepertinya tak ingin membuka pintu.
“Mungkin
lebih baik aku pergi.” Gumam Chanyeol. Ia meletakkan gitar milik Baekhyun
disebelah pintu. Ditatapnya lagi pintu rumah Baekhyun.
“Sampai
jumpa nanti Baekkie.” Ucap Chanyeol pelan lalu melangkahkan kakinya menjauh
dari rumah Baekhyun.
“Maafkan
aku Chanyeol.” Baekhyun terisak lirik dibalik pintu rumahnya. Ia terduduk
memeluk lututnya.
****
“Kau
itu sebenarnya kenapa Baekhyun?” Chanyeol memandang helm yang tadi malam
dipakai Baekhyun. Ia menarik nafasnya panjang. Sudahlah, lebih baik ia pulang
fikirnya. Ia membelokkan(?) motornya, namun baru saja ia hendak pergi, matanya
menangkap sesosok namja yg sedang bersepeda ke arahnya.
BBRUK!
Namja
manis itu membanting sepedanya.
“Baekhyun!
Dimana Baekhyun? Apa ia bersamamu?” Tanya namja manis bermata panda itu pada
Chanyeol.
“Baekhyun?
Aku baru saja mengantarnya pulang.” Tao, si namja manis tadi membulatkan
matanya.
“Baru
saja? Baru saja katamu?!” Nada bicara Tao mulai naik dan terdengar khawatir.
Tao melirik jamtangan panda miliknya. 06.30 KST. Ia menengadahkan kepalanya.
Matahari pun sudah naik. Chanyeol hanya memandang Tao dengan bingung. Ia semakin
tak mengerti sebenarnya apa yg terjadi?
“Ahjushi!
Baekhyun sudah pulang!” teriak pada 2 namja paruh baya yg ada diseberang jalan.
2 namja itu berlari menghampiri Tao, mereka melirik Chanyeol sekilas lalu
berlari memasuki rumahnya. Lirikan mereka berbeda, lirikan yg Chanyeol sendiri
bingung apa maksudnya. Chanyeol menghentikan aksi mari-berbengong-ria-nya.
“Ada
apa sebenarya?”
PLAK!
Sebuah
tamparan dari Tao mendarat dengan mulusnya di pipi Chanyeol.
“Apa
yg kau lakukan? Kenapa kau menamparku eoh?!” Chanyeol protes akan tindakan Tao.
“Kau
mau membunuhnya hah?!”
“Mwo?”
“Kau
mau bertanggung jawab kalau dia meninggal eoh?!” Tao mencapai puncak emosinya.
“Meninggal
kenapa?” Tanya Chanyeol yg benar-benar tidak mengerti apa yg dibicarakan namja
panda didepannya ini
“Baekhyun
hyung sakit! Dia bisa meninggal kalau terkena sinar matahari!” Kata Tao lalu
berlalu meninggalkan Chanyeol.
“Baekhyun?
Sakit?”
****
Baekhyun
menatap datar ke arah Appanya yg kini sedang menyetir mobil.
“Bersyukurlah
Dr.Kim bilang keadaanmu baik-baik saja. Kau harusnya mengerti akan keadaanmu
Chagi.” Sehun menatap Baekhyun dari kaca mobilnya.
“Apa?”
Tanya Baekhyun yg merasa ditatap walaupun secara tidak langsung.
“Jangan
bertanya ‘apa’ padaku. Siapa namja itu oh Baekhyun?” Tanya Sehun lagi.
“Oh
iya, dan kau tak pernah bercerita tentang dia.”
“Aku
tak mau membicarakannya appa.” Jawab Baekhyun datar.
“Ya!
oh Baekhyun kau-“
“Sudahlah
yeobo! Kau diam saja.” Potong Luhan. Luhan menatap anak semata wayangnya dengan
hangat.
“Apa
dia orang yg Baekkie suka?”
BLUSH!
Wajah
putih itu memerah seketika. Baekhyun enggan menjawab, ia hanya mengalihkan
pandangannya.
“Benar begitu chagi?” Tanya Sehun
memastikan.
“Kalau
begitu kenapa? Lagi pula semua sudah berakhir.” Jawab Baekhyun datar.
“Eh?
Wae?” luhan mengerutkan keningnya.
“Gewaenchanayo.
Ini tak ada hubungannya dengan kejadian tadi pagi. Hanya saja jika difikir,
sangat tidak mungkin bagiku untuk disukai dan menyukai seeorang. Tenanglah
appa, umma. Aku janji kami tak akan bertemu lagi. Tak akan ada yg mau menyukai
orang sakit sepertiku.” Suara Baekhyun terdengar agak bergetar. Ya. Ia sedang
berusaha meredam tangisnya.
“Jangan
berbicara begitu Baekkie. Ini bukan soal penyakitmu. Tapi tentang kepribadianmu
chagi.” Luhan mengusap rambut anaknya dengan sayang.
“Tapi
dia masih punya masa depan umma.”
“Kau
juga punya masa depan Oh Baekhyun!” Sergah Sehun.
“Jjinja?”
“Ne.”
“Kata-kata
manis itu lagi.”
“Apa
kau bilang?” Baekhyun tersenyum getir.
“Penyakitku
tak mungkin disembuhkan.”
“Tentu
saja bisa chagi!”
“Kalau
begitu tatap mataku saat berbicara appa!” Sehun mengalihkan pandangannya, tak
mau menatap Baekhyun walau lewat kaca mobilnya.
“Sudah
kuduga. Aku tak bisa dibohongi lagi umma, appa. Aku bukan anak kecil sekarang.”
****
*Chanyeol
P.O.V
Aku
sudah bosan berkutat dengan buku-buku tebal tak berguna ini. aku pun tak bisa
konsentrasi. Aku merindukan sosok mungil itu. Ya, aku merindukan Baekhyun.
Apakah ia membenciku sekarang? Bagaimana keadaannya? Oh baiklah Park Chanyeol,
kau mulai aneh.
Aku
sudah tak bisa menahan diriku lagi. Aku mengendarai motorku dengan kecepatan
diatas rata-rata. Aku benar-benar ingin bertemu malaikat manis itu. Tapi taman
itu kosong. Ya, taman tempat Baekhyun biasa bernyanyi itu sekarang kosong. Aku
melirik jam ditaman ini. 22.00 KST. Tapi kenapa dia belum datang? Apakah
keadaannya benar-benar buruk karena ulahku?
Ting
tong!
“Baekhyun-ah?”
Aku memencet bel rumahnya dan memanggilnya. Ya, tepat. Sekarang aku ada dirumah
Baekhyun. Kekhawatiranku itu yg membuatku
akhirnya sampai disini.
“Siapa
disana?” Suara itu kan?
“Ini
aku Baekhyun-ah.” Hening. Tak ada sahutan lagi.
“Baekhyun-ah,
bagaimana keadaanmu? Ada apa? Kau tak ingin bernyanyi lagi?” Lagi-lagi hening,
tak ada jawaban. Tapi aku yakin, Baekhyun masih mendengarkan ku dibalik pintu
itu.
“Kau
bisa bernyanyi dengan sangat baik Baekhyun. Kalau kau tidakbenyanyi sekarang,
kau tak akan bisa bernyanyi lagi. Aku ingin mendengarnya lagi Baekhyun-ah.”
“Aku-
Aku ingin sekali bisa hidup normal. Hanya itu yg aku inginkan.” Sahutnya.
Dadaku sesak mendengarnya. Perkataannya terasa menusuk bagiku.
“Kumohon,
jangan datang lagi Chanyeol-ah.” Aku membulatkan mataku.
“Hah?”
“Tak
ada untungnya kau terlalu dekat denganku.”
“Tunggu
dulu.” Tak ada sahutan lagi disana.
“Baekhyun-ah?
Kau masih disana?” Hening. Aku rasa dia benar-benar sudah tak disana.
****
Siang ini terasa panas
dan membosankan. aku menatap laut luas dihadapanku. Ntah kenapa bahkan melihat
ombak-ombak itupun aku tak merasa berselera untuk segera turun dan berselancar.
Otakku tak bisa berfungsi dengan baik. Hanya ada 1 nama yg aku fikirkan
sekarang. Baekhyun.
Aku
bingung dengan perasaanku sendiri. Apa aku sudah benar-benar mencintainya?
Kenapa rasanya sakit sekali saat tau dia sakit seperti itu. Ada rasa takut
kehilangan yg begitu besar didiriku. Tepatnya di hatiku.
“Aku
harus melakukan sesuatu untuk Baekhyun.” Aku menatap papan selancarku.
“Ini
demi Baekhyun!”
****
“Papan
selancar ya? Baiklah aku beli seharga 10.000 won.”
“Yak
ajushi, naikan sedikit harganya. Itu terlalu murah, walau papan selancar ini
sudah lama, tapi aku jamin ini masih bagus.” Rajukku. Sekarang aku ada ditoko
penjualan barang bekas dekat rumahku.
“Baiklah,
baiklah. 20.000 won. Bagaimana? Setuju?” Tawarnya lagi. Aku berfikir sejenak.
“Baiklah,
setuju.” Ucapku akhirnya. Ia tersenyum lalu pergi ke belakang, mungkin
mengambil uangnya. Aku menatap papan selancar kesayanganku itu sejenak.
“Ini
semua demi Baekhyun!” Batinku.
****
*Author
P.O.V
“Kau
pekerja paruh waktu itu ya?” Tanya seorang pria bermata sipit pada namja tinggi
yg kini sedang menggosok kapal-kapal laut miliknya.
“Oh,
ne. saya Chanyeol, mr.Lau.”
“Oke
Chanyeol. Aku harap kau bisa menyelesaikannya sebelum matahari terbenam.”
“Baik
mr.Lau. oh iya, soal itu. Apa benar kau akan membayarku 200.000 won?” Tanya
Chanyeol.
“Tentu,
untuk 3 perahu itu harga yg cukup pantas bukan?”
“Eh?
3 perahu?”
“Ne,
tentu saja. Kalau kau hanya membersihkan 1 perahu. Aku hanya bisa membayarmu
65.000 won. Nah berjuanglah!”
****
“Ada
apa ajushi memanggilku?” Tanya Tao pada Sehun yg kini menatapnya dengan
pandangan menyelidik.
“Kau
tau namja itu kan?” Tao mengangguk, yg dimaksud ayah sahabatnya ini pasti
Chanyeol.
“Baiklah.
Kalau dilihat dari sudut pandang anak muda, bagaimana menurutmu?”
“Eh?
bagaimana apanya ajushi?”
“Kalau
aku memukul namja itu, apa Baekhyun akan marah?”
“Eoh?
Tentu saja ajushi! Jangan melibatkan ku dalam hal itu.”
“Lalu,
kalau aku memintanya menemui Baekhyun, apa Baekhyun akan marah?”
“Eh?
Maksud ajushi?”
“Aku
tak keberatan jika harus memohonnya untuk bertemu Baekhyun Tao-ie.”
“Dia
tak akan marah, tapi-” Tao mengantung kalimatnya.
“Dia
akan terluka ajushi.”
****
“Baekkie
sayang, saatnya makan malam.” Baekhyun melangkahkan kakinya dengan gontai saat
mendengar teriakan ibunya.
“Halo
Baekhyun hyung!” Tao menyapa dan tersenyum ke arah Baekhyun yg memakai piyama
pink bergambar strawberry.
“Ajushi,
dimana aku letakan piring-piring ini?” Baekhyun menoleh ke arah belakang. Lalu
berlari ke arah kamarnya.
“Eh?
Ada apa dengannya?” Pikir Chanyeol. Tak lama kemudian Baekhyun kembali turun
dengan memakai celana jeans serta kaos putih casual dan sweeter berwarna cream.
Baekhyun terlihat merapikan sedikit rambutnya. Chanyeol tersenyum kecil.
“Dia
berdandan dahulu untukku sepertinya. Haha, padahal dia terlihat lucu dengan
piyama strawberry tadi.” Batin Chanyeol. Baekhyun duduk dikursinya, menatap
dengan pandangan aneh ke arah kedua orang tunya beserta Chaanyeol dan Tao.
“Selamat
makan.” Namja mungil itu mulai menyuap makanan kedalam mulutnya.
“Selamat
makan.” HunHan, Tao dan Chanyeol ikut menyantap makan malam.
“Sebenarnya
apa yg kalian rencanakan?” Pertanyaan spontan Baekhyun membuat yg lain terhenti
dari kegiatan makannya.
“Sehun
ajushi yg mengundangku kemari Baekhyun-ah.” Jawab Chanyeol.
“Appa?
Appa, kau bicara apa pada Chanyeol?” Tanya Baekhyun. Sehun yg ditanya hanya
memasang wajah gugup.
“Jangan
marah begitu Baekhyun-ah.” Chanyeol memandang Baekhyun lembut.
“Aku
tidak marah.” Baekhyun menundukan kepalanya.
“Sebenarnya
ada apa disini?” Chanyeol bangkit dari kursinya, menghampiri kursi Baekhyun.
“Ini.”
chanyeol memberikan selembar kertas pada Baekhyun.
“Membuat
album sendiri? 2.000.000 won?” Batin Baekhyun setelah membaca kertas tersebut.
“Bagaimana
pun juga, aku masih ingin mendengarmu bernyanyi Baekhyun-ah. Tapi karena aku
tak terlalu pintar, aku hanya punya ide ini.” ucap Chanyeo. Baekhyun hanya
terdiam.
“Aku
sudah mulai bekerja paruh waktu, aku tak punya tabungan. Tapi aku akan menabung
lebih banyak asal aku bisa mendengar suaramu lagi.” Tambah Chanyeol. Baekhyun
memandang wajah Chanyeol. Lelaki ini tulus.
“Chanyeollie,
untuk soal uang, aku dan Luhan akan ikut membantu.” Ucap Sehun.
“Aku
juga!” Seru Tao.
“Tidak
usah ajushi, ahjuma, Tao. Aku rasa kalian tidak perlu terlibat.”
“Eh?
Wae?” Luhan memandang penuh pertanyaan.
“Ini
adalah keputusanku sendiri. jadi aku mohon, aku ingin menyelesaikannya
sendiri.” jawab Chanyeol. Ia melirik lagi ke arah Baekhyun.
“Eotte?”
Baekhyun tersenyum tipis, lalu mengangguk kecil.
“Aku
mau^^”
“Yeah!
Berhasil!” Chanyeol tersenyum lebar.
****
Chanyeol
mengikuti langkah mungil Baekhyun dari belakang. Menyusuri jalan tempat pertama
mereka bertemu.
“Aku
tak menyngka kau mau berbuat sejauh ini untukku.”
“Gwaenchana.”
“Jeongmal
kamsahamnida.” Chanyeol tersenyum kecil padaBaekhyun.
“Bisakah
orang sepertiku melakukannya?”
“Eh?”
“Aku
merasa tak bisa melakukan hal itu Chanyeol-ah.” Chanyeol menghentikan
lanngkahnya, menatap Baekhyun yg ada diseberang rel kereta api didepannya.
“Wae?
Apa aku salah bicara?”
“Aku
menyukaimu Baekkie.”
“Apa?”
“Aku
menyukaimu. Walau keadaanmu seperti ini. kita bisa bertemu dimalam hari.
Tertidur disiang hari. Dan saat matahari terbenam, aku akan menemuimu.” Baekhyun
terhenyak. Apakah barusan artinya Chanyeol mengutarakan perasaan padanya?
“Baiklah.”
Baekhyun mengangguk lalu membalik tubuhnya. Ia menghapus kasar airmata yg lolos
dari pipinya begitu saja.
“Eh?
Kau menangis?” Chanyeol menghampiri Baekhyun. Baekhyun malah menghindar
darinya.
“Baekkie,
kau menangis eoh?”
“Tidak,
aku tidak menangis.” Sanggah Baekhyun, tapi percuma, Chanyeol sudah tau kalau
namja manisnya menangis.
“Mengakulah
kalau kau menangis.”
“Aku
tidak menangis pabo.”
“Coba
kulihat.” Chanyeol menarik tangan Baekhyun dan membalik tubuh Baekhyun
menghadapnya. Ia bisa melihat jejak air mata yg masih mengalir di pipi Chubby
Baekhyun.
“Tersenyum.”
Chanyeol menarik ke dua pipi Baekhyun sambil tersenyum lebar.
“Wajah
yg aneh sekali Baekkie haha.”
“Pabo.
Kau menyebalkan. Kau-”
CHU~
Ucapan
Baekhyun terhenti saat bibir Chanyeol membungkam bibir cherrynya. Menyalurkan
perasan mereka masing-masing. Chanyeol melepas ciumannya, memeluk tubuh
Baekhyun erat.
“Aku
mencintaimu Baekhyun-ah. Sampai kapanpun.”
****
*Baekhyun
P.O.V
Chanyeol
baru saja menelponku, ia terdengar senang saat Kai dan Kris datang membawa
kembali papan seluncur kesayangannya. Namun sambungan itu terputus karena dia
harus kembali bekerja. Dia berusaha begitu keras untukku. Aku merasa sangat
beruntung karena Tuhan menganugrahkan ia padaku. Hari-hariku jauh lebih indah
saat ia ada didekatku.
Hari
ini lumayan cerah. Tao kembali membolos dengan alasan ingin menemaniku. Anak
itu ada saja tingkahnya. Yasudahlah, aku lebih baik kembali berlatih gitar.
Tapi baru saja beberapa bait ku nyanyikan, tanganku tiba-tiba terasa kaku.
Suara gitarku pun terasa fals.
“Hyung?
kenapa kau berhenti?” Tanya Tao yg menyadariku berhenti bernyanyi.
“Ah,
gwaenchana. Aku ambil makanan dulu ya.” aku lari kedapur. Aku meneliti
jari-jariku, mencoba menggerakannya. Aku tak apa. Ya, aku tak apa. Aku
menghapus fikiran-fikiran negative yg lewat diotakku. Sudahlah Baekhyun, lebih
baik ambil makanan.
“Tao,
aku bawa susu cokelat dan camilan cokelat kesukaanmu.”
“Wooaaaa,
gomawo hyung.” tao tersenyum lebar. Aku mengusap kepalanya sayang.
“Panda
yg manis.” Ia hanya tersenyum innocent ke arahku, terlalu sibuk dengan
camilannya.
Aku
mengambil gitarku kembali, mencoba memetiknya. Tapi tanganku kaku lagi. Aku tak
bisa bermain gitar dengan benar. Aku terusmencoba dan mencoba. Namun tetap
terdengar fals. Aku menatap tangan mungilku. Ya Tuhan, apa yg terjadi?
****
*Author
P.O.V
“Kondisi
otaknya sudah mulai berubah.” Dr.Kim menatap sendu ke arah Sehun.
“Sepertinya
gejala XP ditubuhnya mulai tampak. Dan
dalam waktu dekat tubuhnya bisa lumpuh. Dan tak lama setelah itu. .” Dr.Kim
menggantung kalimatnya, ia melepas kacamatanya, menghembuskan nafas berat.
“Apa
maksudmu ia akan meninggal?” Tanya Sehun. Dr.Kim tak bisa menjawab. Ia hanya
terpaku melihat hasil diagnosa milik Baekhyun.
BRAK!!
Pintu
ruangan itu ditutup –tepatnya dibanting- oleh Sehun. Luhan yg duduk disamping
ranjang Baekhyun hanya bisa menatap kelakuan suaminya. Sedangkan Baekhyun
sendiri sudah sibuk dengan fikirannya sedari tadi.
****
Sehun
kini duduk menatap langit malam. Fikirannya kacau. Tentu saja. Baekhyun, anak
semata wayangnya divonis akan meninggal tak lama lagi. Oke, Dr.Kim memang tidak
berkata seperti itu. Tapi sehun tau maksud dari pembicaraan tadi memang
mengarah ke situ.
“Anda
harus bersabar tuan Oh.” Sehun menatap sosok yg menangani anaknya dari kecil
dulu itu. Dr.Kim duduk disebelahnya, menatapnya dengan pandangan yg
menyulitkan.
“Ini
aneh dokter. Aku tak pernah membiarkannya terkena sinar matahari. Saat masih
kecil, dia selalu ingin keluar rumah. Tidak peduli dia menangis, aku tetap
menguncinya didalam rumah. Tapi kenapa? Kenapa harus seperti ini? aku sudah
melakukan semuanya semampuku. Apa semua yg kulakukan sia-sia? Kenapa dok? Kenapa?!”
Sehun sudah tak sanggup menahan butiran bening yg kini mengalir deras dari
pelupuk matanya. Ia terisak pilu. Apa salah Baekhyun hingga harus melewati
kehidupan seberat ini fikirnya.
“Kenapa
harus Bekhyun yg menderita seperti ini Dokter?”
****
“Baekhyun,
ada Chanyeol datang.” Teriak Luhan. Baekhyun menatap pintu kamarnya yg kini
menampakkan sosok tinggi yg entah kenapa kini sangat ia rindukan.
“Aku masuk ya?” Tanya Chanyeol.
Baekhyun hanya mengangguk dan mendudukan dirinya diranjang.
“Bagaimana
kabarmu Baekkie?” Tanya Chanyeol lagi. Baekhyun terdiam. Raut wajahnya berubah
sendu.
“Mianhae.”
“Eh?”
“Meskipun
kau sudah mencari pekerjaan dan bekerja untukku, tapi aku tak bisa bernyanyi
lagi Yeollie. Mianhae.” Chanyeol melangkahkan kakinya kedalam kamar Baekhyun,
berpura-pura tak mendengar apa yg Baekhyun katakan.
“Aku
tak pernah melakukan sesuatu yg aneh kan?”
“Eh?
Maksud yeollie?”
“Kau
selalu memperhatikanku dari sini kan?” Chanyeol duduk ditempat biasa Baekhyun
memperhatikannya.
“Ne.
Yeollie tak pernah berlaku aneh menurutku.” Baekhyun kini duduk menghadap pada
Chanyeol. Chanyeol tersenyum lembut.
“Baguslah
kalau begitu.” Baekhyun mengangguk lalu menghampiri Chanyeol.
“Pertama
kali aku melihat Yeollie, Yeollie terlihat seperti anak kecil.” Baekhyun
menatap jendela kamarnya, melihat ke arah Chanyeol biasa duduk menunggu
temannya. Chanyeol menatap wajah cantik malaikatnya lekat-lekat.
“Waktu
itu Yeollie sedang mengagumi papan selancar yg ditaruh seseorang disana. Lalu
Yeollie berpura-pura mencobanya, dan kaget saat si pemilik papan itu tiba-tiba
datang. Kemudian saat Yeollie berhasil mempunyai sebuah papan selancar dan
menunjukannya pada Kai dan Kris. Yeollie sampai membuka celana seragam karena
ini mencobanya langsung.” Baekhyun terkikik kecil. Chanyeol hanya tersenyum
innocent sambil menggaruk tengkuknya yg
sebenarnya tidak gatal.
“Waktu
itu Yeollie terlihat bahagia. Jika melihat Yeollie bahagia, aku juga ikut
Bahagia.”
“Jadi
kau melihatku bersikap bodoh saat itu ya?” Chanyeol duduk disebelah Baekhyun.
“Ne.
aku juga dulu begitu saat pertama mendapat gitar. Aku merasa sangat bahagia.”
Ucap Baekhyun sambil tersenyum tipis.
****
“Gomawo.”
Ucap Baekhyun yg kini sedang berdiri didepan gerbang rumahnya menatap Chanyeol.
“Cheonma.
Sampai bertemu lagi Baekkie.” Baekhyun hanya menjawab dengan anggukan kecil.
Chanyeol melangkahkan kakinya, namun baru beberapa langkah ia terhenti, kembali
menoleh ke arah malaikatnya yg kini tersenyum manis.
“Ppai.”
Chanyeol melambaikan tangannya dan meneruskan langkahnya.
“Hei
tunggu!” Chanyeol kembali menghentikan langkahnya, kembali menoleh pada
Baekhyun.
“Walau
tanganku sudah seperti ini. kau masih tetap bisa mendengar suaraku. Yeollie
masih ingin mendengarkan suaraku kan?” Baekhyun sedikit berteriak karena Chanyeol
agak jauh darinya.
“Tentu
saja, aku akan selalu mau mendengarkan Baekkie bernyanyi.” Sahutnya.
“Baiklah,
aku akan bernyanyi demi Chanyeol! Aku akan bernyanyi semampuku. Nah sampai
jumpa lagi Yeollie.” Baekhyun melambaikan tangannya pada Chanyeol lalu berlari
masuk kerumahnya.
Sosok
tinggi itu kembali melangkahkan kakinya.
“Kenapa
harus Baekkie? Hiks.” Isakkan itu terdengar dari sosok tinggi tadi. Chanyeol
menangis. Ya, Chanyeol menangis.
“Kenapa
ini harus terjadi pada Baekkie-KU Tuhan? Kenapa?!” Chanyeol menendang apapun yg
ada dihadapannya. Emosinya meluap. Dada kirinya lagi-lagi sakit. Mengingat
senyuman Baekhyun tadi malah membuat hatinya semakin perih.
“Kumohon.
Selamatkan Malaikat-KU Tuhan.”
****
“Kau
tak apa Baekkie?” Chanyeol mengelus kepala Baekkie sayang. Baekhyun tersenyum
hangat pada Chanyeol.
“Aku
tak apa.”
“Sudah
siapkah? Mari kita mulai.” Kata sosok manis bermata bulat yg baru saja muncul
dari balik pintu.
“Mohon
bantuannya Kyungsoo-ssi.” Chanyeol membungkukan badannya.
Kini
Chanyeol, Baekhyun, Sehun, Luhan dan juga Tao sedang berada si salah satu
studio rekaman besar di Seoul. Baekhyun akan melakukan rekaman pertamanya.
“Semoga
beruntung Chagi. Kami akan melihatmu dari sini.” Kata Sehun.
“Appa,
kau membuatku gugup. Lebih baik tunggu diluar.”
“Eh?
Apa katamu Chagi?”
“Mengertilah
appa.”
“Tapi
kau belum pernah memperdengarkan lagumu padaku.” Sehun bersikukuh ingin
menunggui Baekhyun didalam studio.
“Ajushi ikuti saja permintaannya. Biar
aku yg duduk dan menyaksikan darisini.” Chanyeol duduk dengan wajah bangga
disalah satu sofa diruangan itu.
“Yeollie
juga harus diluar.”
“Eh?
Tapi kenapa Baekkie?”
“Kalian
bisa mendengarkan lagu Baekkie setelah CDnya selesai Rilis nanti.”
“Eh
tapi . .”
“Sudah-sudah.
Kalian ayo cepat keluar. Berjuanglah Baekkieku.” Luhan menarik tangan Chanyeol
dan Sehun supaya ikut keluar dari ruangan itu.
“Tao
kau juga ayo keluar.” Sehun juga ikut menarik tangan Tao yg sedang sibuk dengan
handycamnya. Kyungsoo tersenyum pada Baekhyun.
“Jadi
bisa kita mulai sekarang Baekhyun-ssi?”
“Ne.”
angguk Baekhyun.
****
Baekhyun menatap
microphone didepannya dengan jantung berdegup. Ia takut rekamannya akan membuat
keluarganya serta Chanyeol dan Tao kecewa.
“Baekhyun-ah. Kenalkan
aku Minseok. Gitaris disini.” Seorang namja imut berpipi chubby mengulurkan
tangan pada Baekhyun.
“Aku Baekhyun. Mohon
bantuannya Minseok hyung.” Baekhyun menjabat tangan namja imut itu.
“Ne. oh iya, apakah
lagu ini kau yg membuatnya?” Baekhyun mengangguk.
“Waeyo hyung?”
“Ah ani. Lagu ini
sangat bagus Baekhyun-sii.”
“Jjinja? Kamsahamnida
hyung.” Minseok tersenyum sekilas.
“Mari kita berusaha.
Fighting Baekhyun-ssi!”
****
“Apa
rekamannya sudah dimulai?” Sehun berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Sama
seperti Chanyeol yg terus menerus meremas jari-jarinya.
“Kita
tak bisa mendengar apa-apa dari sini.” Tao mempout bibirnya kesal.
“Kalian
tenanglah, semua akan berjalan baik-baik saja. Dan kau yeobo, berhentilah
mondar-mandir. Kau membuatku pusing.” Ucap Luhan.
“Apa
tak terjadi apa-apa didalam?”
“Mungkin
karena dia belum professional, jadi butuh latihan dulu.”
“Dia
sudah professional ahjuma.” Sanggah Chanyeol. HunHan dan Tao menatap Chanyeol
dengan tatapan penasaran.
“Ya,
dia memang bisa dibilang sudah professional ahjuma, ajushi. Aku kaget ketika
kami pergi ke pasar malam di Myeondong. Saat Baekkie mulai bernyanyi, semua
orang langsung berkumpul mengelilinginya. Jika ia tidak professional tidak
mungkin seperti itu. Saat penonton bertambah banyak, ia semakin hidup. Dan tanpa
aku sadari, aku sudah menjadi penggemarnya. Setelah CDnya rilis, aku akan
memasarkannya. Aku akan menjualnya ke perusahaan rekaman, TV, Radio. Aku yakin
akan banyak yg menyukainya. Dia akan menjadi bintang paling bersinar. Karena
itulah aku berusaha keras demi Baekhyun. Dan aku akan selalu berusaha yg
terbaik untuk Baekhyun.”
****
Namja
cantik itu menatap deburan ombak pantai disiang hari untuk pertama kalinya. Ya,
dia Baekhyun. Baekhyun termenung diatas kursi roda yg telah menemaninya sebulan
ini. terpaku pada gulungan ombak yg terus membasahi bibir pantai. Kondisi
tubuhnya menurun drastic setelah rekaman pertamanya. Kaki mungilnya mulai lemah
jika digunakan berjalan. Tubuhnya pun kini ditutupi jubah anti sinar matahari
yg biasanya selalu ia tolak untuk dipakai.
Baekhyun
mengadahkan kepalanya. Menatap sang surya yg sedang bersinar terang diatas
sana. Baekhyun memejamkan matanya, menarik nafas panjang. Ada secercah
ketakukan dihatinya saat ini.
“Baekkie!!”
Baekhyun mengehentikan aksi mari-menatap-mataharinya, lalu menoleh dan
tersenyum manis ke arah namja yg memanggilnya barusan. Tepat, dia Park
Chanyeol. Chanyeol melambaikan tangannya dari atas papan selancarnya. Baekhyun
balas melambaikan tangan pada namja kesayangannya itu.
Sehun
dan Luhan hanya bisa tersenyum melihat Baekhyun. Mereka ikut menemani Baekhyun
ke pantai ini untuk melihat Chanyeol.
“Baekkie?
Gwaenchana?” Luhan menatap khawatir pada anak kesayangannya itu.
“Panas
umma.” Baekhyun mengipasi tubuhnya dengan tangan.
“Yeobo,
apa kau tak menyalakan kipas dibelakang bajunya?” Tanya Sehun.
“Sudah,
aku tak ceroboh tuan Oh. Baekkie, kalau panas lebih baik kita pulang saja
bagaimana?” Luhan menatap wajah cantik Baekhyun.
“Shire
umma. Baekkie masih ingin melihat Chanyeol.”
“Tapi
nanti Baekkie bisa. .”
“Baekkie
tak apa umma. Baekkie hanya kepanasan.” Potong Baekhyun, berusaha meyakinkan
Luhan soal keadaannya.
“Kalau
panas, lepaslah Chagi.”
“Eh?”
Luhan menatap horror ke arah suaminya.
“Kalau
kau kepanasan, lepas dan berlarilah. Appa akan melindungimu.” Lanjut sehun
lagi.
“Shireo.”
Jawab Baekhyun. Sehun menatap mata anak
semata wayangnya. Baekhyun tersenyum lembut pada Sehun.
“Kalau
Baekkie melepas pakaian ini, Baekkie bisa mati. Baekkie memutuskan berusaha
untuk terus hidup. Baekkie menyayangi appa, umma, Chanyeol dan juga Tao.
Baekkie tak mau meninggalkan kalian. Baekkie akan terus berusaha dengan semua
kekuatan Baekkie apa.” Ucap Baekhyun dengan senyuman cerah. Sehun terdiam.
Lidahnya kini terasa kelu.
“Benar
apa yg dikatakan Baekkie. Umma percaya pada Baekkie.” Luhan memeluk tubuh
ramping Baekhyun.
“Maafkan
appa.” Sehun kini ikut memeluk tubuh Baekhyun. Baekhyun mengangguk kecil.
“Baekkie
sangat menyayangi umma dan juga appa. Terima kasih sudah merawat Baekkie dengan
baik. Maaf jika Baekkie sering menyusahkan umma dan appa selama ini. maafkan
Baekkie yg hanya bisa menjadi beban bagi umma dan appa.”
“Kau
tidak menyusahkan kami chagi. Kau salah. Kau bukan beban. Kau adalah anugerah
terindah yg Tuhan titipkan pada kami.” Sehun mengecup puncak kepala Baekhyun
dengan sayang. Baekhyun lagi-lagi tersenyum. Ia kembali menatap lautan
didepannya. Baekhyun mengangkat tubuhnya dari kursi roda. Mencoba berdiri
dengan kemampuannya.
“Baekkie
perlu umma bantu?” Tawar Luhan.
“Tidak
usah umma. Baekkie bisa sendiri.” wajah cantik itu tersenyum lalu mencoba
melangkahkan kakinya menuju lautan. Meninggalkan Sehun dan Luhan yg menatapnya
dengan pandangan haru.
“Dulu
dia selalu menangis saat ingin keluar rumah.” Kenang Sehun.
“Ia
menjadi anak yg hanya hidup dalam kegelapan, tapi kini aku sadari. Anakku telah
tumbuh dewasa dan menemukan cinta juga semangatnya.” Suara Sehun terdengar agak
bergetar. Ditatapnya Baekhyun yg menghampiri Chanyeol dengan langkah tertatih.
Chanyeol
merasakan sesak didada kirinya. Antara perasaan senang dan juga sedih. Ia
menatap nanar ke arah Baekhyun yg berusaha menghampirinya dengan langkah
tertatih. Namun Baekhyun masih tetap bisa tersenyum. Malaikatnya ini sungguh
luar biasa.
Duk!
Kaki
Baekhyun tersandung ranting besar.
“Yak
Baekkie awas!” Chanyeol hendak menangkap Baekhyun.
“Hahaha
Yeollie bodoh.” Baekhyun tertawa melihat wajah panik Chanyeol yg barusaja
mencoba menatapnya. Ya, Baekhyun sebenarnya tidak terjatuh.
“Bagaimana?
Baekkie benar-benar melihat Yeollie berselancar kan?” Ucap Baekhyun dengan tawa
riangnya. Chanyeol hanya bisa mengangguk kecil. Menatap wajah cantik malaikat
dihadapannya ini. baekhyun mencubit pipi Chanyeol, menariknya, membuat wajah
itu terlihat lucu.
“Wajah
yg aneh. Haha” Chanyeol tersenyum menikmati tawa dari wajah cantik dihadapannya
itu.
GREP!
Chanyeol
merengkuh tubuh ramping Baekhyun.
“Aku
mencintaimu Baekkie. Sampai kapanpun akan tetap mencintaimu. Saranghae Oh
Baekhyun.”
“Nado
Saranghae Park Chanyeol.”
****
“Chanyeol!
Kau harus mendengar ini!” Tao mengampiri Chanyeol dengan wajah cerianya, lalu
memberikan radio yg ia bawa pada Chanyeol.
‘Dakara ima ai ni yuku sou kimetanda
Poketto no kono kyoku wo kimi ni kikasetai
Sotto voryuumu wo agete tashikamete mita yo
Oh Good-bye days ima
Kawaru ki ga suru kinou made ni so long
Kakkoyoku nai yasashisa ga soba ni aru kara
Lalalalala with you~’
“Ini
kan?” Chanyeol menatap Tao. Tao mengangguk.
“Benar!
Ini lagu Baekhyun hyung!”
****
“Yeobo,
kau kenapa?” Luhan menatap Sehun yg tiba-tiba menghentikan aktivitasnya
membersihkan meja-meja dikedai mereka.
“Ya!
yeobo! Apa kau tak mendengarku?”
“Sttttt!
Dengarkan itu nyonya Oh! Jangan banyak bicara.”
“Dengarkan
apa?” Tanya Luhan. Sehun berlari ke arah radio yg ada dikedainya. Membesarkan
volume benda tersebut.
‘Katahou no iya fon wo kimi ni watasu
Yukkuri to nagarekomu kono shunkan
Umaku aisete imasu ka tama ni mayou kedo
Oh Good-bye days ima
Kawari hajimeta mune no oku alright
Kakkoyoku nai yasashisa ga soba ni aru kara
Lalalalala with you~
’
“Ini
kan?” Luhan menatap Sehun. Sehun mengangguk.
“Benar!
Ini lagu uri Baekkie!”
****
*Chanyeol
P.O.V
“Baekkie,
apa kau tau? Sekarang semua orang tengah membicarakanmu. Memuji suara dan
lagumu. Kau hebat Baekkie.” Ucapku. Tak ada respon apapun dari namja berwajah
cantik itu. Aku tersenyum miris. Mata indahnya kini terpejam. Senyuman yg
selalu tersungging dibibirnya menghilang. Kulitnya berubah pucat. Aku mencium
bibirnya yg juga pucat. Menyalurkan rasa sayang dan cintaku padanya.
****
Aku
menatap makam yg penuh dengan bunga matahari itu. Ya, Baekhyun telah pergi.
Meninggalkanku. Meninggalkan banyak kenangan manis, dan juga lagu hebat
ciptaannya. Aku melangkahkan kaki menuju taman tempat ia biasa bermain. Tersenyum sekilas saat
mengingat wajah cantiknya saat bernyanyi dengan gitar kesayangannya. Aku
memasang earphoneku. Mengadahkan kepalaku, menatap sang surya yg sedang giat
bersinar.
‘Dekireba kanashii omoi nante shitakunai
Demo yattekuru desho
Sono toki egao de
Yeah hello!! my friend nante sa
Ieta nara ii noni
Onaji uta wo kuchizusamu toki
Soba ni ite I wish
Kakkoyoku nai yasashisa ni aete yokatta yo
Lalalala Good-bye days’
“Matahari
kini bersinar sangat terang Baekkie. Tapi kau tau? Sinarmu jauh lebih terang
dari matahari. Kau bisa membuat malam yg gelap dan kelam terasa cerah untukku.
Kau adalah matahari. Matahari ditengah malam yg paling bersinar. Berbahagialah
disana sayangku. Aku mencintaimu.”
FIN
Ancur?
Banget! Gaje? Emang! Maafin Mico udah buat Baekkie begitu. Ini cuma ep ep kok.
Jangan timpukin Mico please T^T
Maaf
kalau jauh dari yg reader harapkan. Mico hanya seorang penulis amatir biasa.
RnRnya sangat diharapkan ya. makasih buat yg udah mau baca FF Mico :’)
Semoga
kita bisa bertemu di FF selanjutnya.
Ppai~
Lee Mico
0 komentar:
Posting Komentar