Title : Wizard Love (Between
Wolf and Vampire) | Chap1
Author : Lee Mico (Istrinya
KaiD.O) *no protes* :P
Main Cast : -Huang Zi Tao a.k.a Tao
-Wu Yi Fan a.k.a Kris
Other Cast : Seperti biasa.
Find By Your Self~
Genre : Fantasy, romance
(Kalau berhasil._.)
Length : Chaptered
Rating : T
A/N : Ni Hao readerdeul^^ Kita
kembali bertemu di FF baru Mico. kali ini Mico bawa FF dengan genre yg berbeda.
Fantasy! Karena Mico rasa FF genre sad sudah terlalu mainstream. Terinspirasi
dari kisah cinta/? RPnya Oppa Mico, akhirnya jadilah FF KrisTao ini. FF ini
ngambil beberapa unsure dari Film Harry Potter, secara Mico juga HPF :3
Dicampur unsure dari Film Twilight juga^^ Harap dimaklumi kalau kurang greget,
ini pertama kalinya Mico pake genre begini. Hope you like it! Okay, Lets Get Started!
Disclaimer : Kris punya Tao.
Tao punya Kris. KrisTao saling memiliki. KrisTao juga milik Tuhan, SM, EXO dan
juga orangtuanya masing-masing. Mico tetep milik Tao dan KaiD.O B))
Warning : Boy x Boy,
Shounen-Ai, Gaje, Terjadi sedikit crack pair sesaat(?), Typo(s), abal, feel
gadapet, OOC, tulisan berantakan dan banyak kekurangan lainnya-___-
DON’T LIKE? DON’T READ! PLAGIAT? GO AWAY
FROM HERE!!
DON’T BE SILENT READER!
The
Story Is Begin
****
Ni Hao, namaku Huang Zi Tao. Aku tinggal disebuah kastil
besar di daerah Ottery St. catchpole. Ibuku adalah seorang penyihir berdarah
china, namanya Zhang Yi Xing. Ibuku adalah seorang penyihir yg mahir dalam hal
pengobatan, maka sejak muda ia sudah menjadi salah satu penyihir andalan di St.
Mungo hospital. Rumah sakit andalan di daerahnya. Sedangkan ayahku Kim Joon
Myeon, adalah seorang Vampire dari kasta origin, kasta tertinggi dalam klan
Vampire. Kalian tentu bingung bukan, bagaimana seorang penyihir bisa menikah
dengan seorang vampire? Yah itulah kehebatan ayahku, dia memperjuangkan
cintanya untuk ibuku. Sampai akhirnya Klan Vampire dan Wizard bisa bersatu dan
hidup berdampingan. Kalian bisa menyebutku penyihir setengah vampire. Tapi
sebenarnya, aku lebih mendominasi darah dari ibuku. Ayah dan ibuku juga
sepertinya lebih menyukaiku untuk menjadi penyihir. Karena ayah dan ibu dari
kecil tak pernah mengizinkanku untuk berburu darah. Sampai akhirnya hasrat
Vampireku jinak.
Aku
bersyukur menjadi anak dari ayah dan ibuku. Tubuhku sekilas memang terlihat
seperti seorang penyihir asli. Tapi jika kalian perhatikan, aku punya mata yg
tajam seperti para vampire, dan juga gigi taring yg biasa digunakan vampire.
Rambutku hitam pekat seperti warna kelelawar, berbeda dengan teman-teman
penyihirku yg rata-rata berambut pirang atau cokelat. Keistimewaanku, aku
mempunyai kecepatan dan gerak-gerik diatas kemampuan penyihir rata-rata. Kalian
tepat, itu semua adalah anugerah dari keturunan ayahku. Dan aku bisa keluar
rumah disiang hari tanpa perlu menggunakan jimat atau mantra yg biasa dipakai
vampire origin agar tubuhnya tidak terbakar karena sinar matahari yang
disebabkan darah penyihir ibuku. Sungguh menyenangkan bukan?
Hidupku dikastil ini sangat bahagia. Ya, walaupun kami
tinggal di desa dengan kalangan penyihir, tapi aku masih bisa berinteraksi
bebas dengan teman-teman dan saudara-saudara vampireku dari desa Wiltshire.
Tapi kebahagianku terenggut 3 tahun lalu. saat kedua orang tuaku mati ditangan
Klan musuh kami, Werewolf. Ya, kami Vampire dan Wizard adalah musuh klan
Werewolf. Mereka adalah Klan paling arogan diantara klan lainnya. Ayah dan
ibuku –terutama ayahku- punya musuh besar di klan tersebut. Sepasang werewolf
bernama Wu Jong Dae dan Wu Minseok. Merekalah yg membunuh orangtuaku. Bukan
hanya orang tuaku, tapi semua penyihir didesa ini. kecuali aku. Ya, aku adalah
satu-satunya penyihir yg tersisa dari perang hebat tersebut. Ayah dan ibuku
memberikan semua kekuatannya untuk melindungiku.
Kenapa kami para penyihir kalah telak? Ada beberapa alasan
yg menyebabkan kekalahan klan penyihir. Pertama, kami kalah jumlah. Ke dua,
mereka menyerang secara tiba-tiba. Dan yg ke tiga, werewolf punya kecepatan dan
ketajaman indra yg melebihi para vampire. Tentu saja itu membuat klan penyihir
kalah telak. Sejak kejadian perang hebat 2 klan tersebut, aku tinggal sendirian
disini. Dan sebuah tanda berbentuk jam pasir di leherku adalah salah satu peninggalan
perang tersebut. Symbol waktu. Aku punya keistimewaan baru sejak saat itu. Aku
bisa mengendalikan waktu, dan symbol tersebut seperti sebuah alarm tanda bahaya
untukku. Walau agak sedikit menyusahkan, karena tanda tersebut akan terasa
sangat sakit dan panas saat ada bahaya yg mendekatiku. Tanda itu juga akan
bereaksi jika merasakan aura kebencian atau aura negative lainnya.
Aku punya sebuah tongkat sihir yg begitu special. Tongkat
ini adalah hadiah ulang tahunku yg ke 11, tepatnya 5 tahun lalu. Kalian tau?
Tongkatku ini begitu special. tongkat ini dibuat seorang pembuat tongkat sihir
terkenal dikawasan Diagon Alley, tongkatku memiliki panjang 12 inch, dan
terbuat dari kayu Willow. tongkat sihir yg dibuat dari kayu Willow punya kekuatan
tidak biasa, tongkat ini memiliki kekuatan penyembuhan. Karena itulah banyak
sekali yg ingin bisa memiliki tongkat ini. Namun tongkat ini hanya memilih
penyihir yg memiliki potensi sangat besar pada dirinya, dan aku beruntung
menjadi salah satu yg terpilih. Tongkatku memiliki kelenturan nice and supple.
Menandakan bahwa aku adalah orang yg bisa dan mudah beradaptasi dengan
lingkunganku. Inti tongkatku berisi pembuluh jantung naga. Tongkat dengan inti
jantung naga punya kekuatan yg paling kuat dari tongkat lainnya. pemilik
tongkat ini bisa belajar lebih cepat dibanding yg lainnya. Benar-benar tongkat
yg istimewa bukan?
Baiklah, sepertinya sudah cukup perkenalannya. Malam sudah
tiba, suara burung hantu terdengar bersahutan dari luar. Aku merasa bosan. Kalian
juga pasti akan bosan jika jadi aku. Coba saja, hidup disebuah kastil besar
sendirian tanpa seorang teman. Sebenarnya aku punya teman, tapi itu hanya
seekor kucing Persia berbulu oranye peliharaan ibuku dahulu yg bernama Lione,
dan seekor burung hantu berbulu cokelat pekat peliharaan ayahku yg bernama
Crux. Tapi aku juga membutuhkan teman untuk sekedar bercerita. Desa tempatku
tinggal kini hanya menjadi jalanan penuh dengan ilalang yg tingginya melebihi
tinggi badanku.
Malam ini tingkat kebosananku sudah sampai di level
tertinggi. Aku memutuskan untuk pergi ke Wiltshire, desa Vampire tempat asal
ayahku. Aku akan menemui Sehun dan Kai, sahabat kecilku yg juga masih merupakan
keluarga jauhku. Namun sial, persediaan bubuk floo –serbuk yg bisa mengantar kalian
kemanapun hanya dengan mengucap nama tempatnya saja- milikku habis. Sebenarnya
aku bisa pergi dengan teleportasi menggunakan mantra seperti yg dulu ibuku
sering lakukan, hanya saja itu terlalu berbahaya. Mengingat umurku yg baru 16
tahun. Katanya sihirku sudah cukup kuat dan mahir untuk melakukannya tanpa
kesalahan. Hanya saja aku tak mau ambil
banyak resiko. Kalian tau resikonya bila aku melakukan kesalahan? Anggota
tubuhku bisa saja tertinggal dan terpisah. Tentunya aku tak menginginkan itu
terjadi.
Apa aku harus pergi dengan Nimbus milikku? Ah kurasa tidak.
Terakhir kali aku mengendarainya, ia menabrak sebuah pohon oak besar dan
membuatku terluka. Sapu itu mungkin memang harus ku ganti. Berarti jalan
satu-satunya adalah berjalan melewati hutan terlarang. Jalan paling berbahaya.
Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah bosan dan aku rasa aku harus pergi ke Diagon
Alley untuk membeli beberapa kebutuhanku. Diagon Alley terletak tak jauh dari
Wiltshire, aku bisa meminta Sehun dan Kai mengantarku nanti.
Aku mengambil mantel ayahku. Ini bukan mantel biasa, ini
mantel yg bisa menyembunyikan tubuhmu dan membuatnya tembus pandang. Aku
melangkahkan kaki menjauh dari kastilku. Yap, kita akan ke melewati hutan
terlarang. Aku memegang tongkatku, siapa tau tiba-tiba ada mahluk aneh yg
menyerangku. Aku agak segan masuk ke hutan ini sebenarnya. Jika kalian
menyangka aku takut dengan mahluk-mahluk aneh seperti centaur, acromantula,
banshee atau mahluk aneh lainnya dari dalam hutan ini, kalian salah besar. Yg
membuatku takut adalah Werewolf. Ayah dan Ibuku selalu melarangku melewati
hutan ini sendirian, karena terkadang beberapa Werewolf sering pergi ke hutan
terlarang ini. walau tubuhku lebih kuat dibanding mereka, karena aku keturunan
Vampire, aku tetap takut karena kecepatan dan ketajaman indra mereka yg berada
diatasku.
Aku menggunakan mantelku, berjalan dengan hati-hati.
memasang telingaku supaya aku bisa mendengar suara sekecil apapun. Aku harus
waspada.
Drap drap drap
Aku mendengar suara langkah kaki dari arah tenggara. Dan
beberapa detik kemudian aku mendengar suara seperti jeritan Unicorn dari arah
dark lake. aku menyembunyikan diriku dibalik sebuah pohon pinus yg cukup besar.
Mengintip apa yg sebenarnya terjadi diseberang sana. Aku melihat seekor unicorn
mengerang kesakitan dengan sebuah panah yg tertancap ditubuhnya. Tak jauh dari
situ aku melihat seorang lelaki tinggi dan seekor naga yg bisa kuperkirakan
tingginya sekitar 13 kaki. Aku berjalan
sepelan mungkin, mencoba melihat sosok itu lebih dekat.
Krrrk
Bodoh! Aku menginjak sebuah ranting kayu. Dan suara itu
membuat si lelaki tinggi tadi menoleh.
“Siapa disana?” teriaknya, matanya berubah memerah, dan
dari matanya itulah aku tau kalau dia seorang Werewolf. Tanda dileherku mulai
terasa sakit dan panas, rasanya seperti terbakar. Aku menggigit bibir bawahku,
menahan sakit dibagian leherku.
“Gilbert, aku rasa kita harus pergi sekarang.” Lelaki
tinggi itu beranjak dari tempat tersebut dengan naganya. Setelah beberapa saat
dan aku merasa ia sudah jauh, aku mendekati Unicorn tadi. Darah berwarna perak
membasahi tanah disekitar Unicorn tersebut. Unicorn mempunyai darah yg berwarna
perak, dan darah yg keluar cukup banyak. Ku cabut panah yg tertancap di badan
si Unicorn, lalu merobek bagian tangan kemeja putihku, mengelap perlahan darah
yg bercecer didekat luka tersebut. setelah darahnya cukup bersih, aku bisa
melihat luka yg disebabkan si panah tadi cukup besar. Ku sentuh luka tersebut
dengan tongkatku, perlahan luka robeknya kembali tertutup. Unicorn tadi bangkit
lagi, ia menundukan kepalanya padaku. Dia berterimakasih. Aku mengangguk dan
tersenyum, lalu menyuruh si Unicorn tadi kembali ke kelompoknya.
“Kau siapa?” Tiba-tiba sebuah suara terdengar dibelakangku.
Aku membalik tubuhku, tanda itu sakit
lagi. Ternyata si Werewolf dengan mata semerah darahlah yg kini ada
dihadapanku. Ia menatapku tajam. Aku tak dapat melakukan apapun, leherku
sekarang rasanya seperti terbakar. Aku menunduk, memegang leherku dan jatuh
terduduk. Werewolf itu menghampiriku.
“Kau tak apa?” Lelaki itu menarik daguku, membuatku menatap
mata merah tajamnya.
“Kau baik-baik saja?” Tanyanya lagi, suaranya melembut.
Warna merah dimatanya perlahan pudar dan digantikan dengan manic tajam berwarna
cokelat pekat yg menawan. Hei, apa yg kau bicarakan Tao?
“Apa lehermu sakit anak mungil?” Lelaki itu mengusap
leherku yg terasa sakit. Ajaib, rasa sakitku mendadak hilang.
“A-a-aku tak apa, terimakasih.” Ucapku, ia tersenyum.
“Apa yg sedang dilakukan seorang anak mungil sepertimu
ditengah hutan yg gelap dan berbahaya seperti ini?” Tanyanya. Ia menatapku
lekat. Memperhatikan penampilanku dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Namaku Tao, bukan anak mungil tuan rambut pirang.” Pria
tinggi itu terkekeh pelan.
“Baiklah, Tao. Namaku juga bukan tuan rambut pirang, namaku
Kris.” Ia tersenyum dan mengulurkan tangannya. Aku menjabatnya dan tiba-tiba
tubuhku rasanya dialiri perasaan aneh yg langsung menyebar disaraf-sarafku.
Perasaan apa ini?
“Nah, jadi sedang apa kau disini?” Tanyanya lagi.
“Aku mau pergi ke desa Diagon Alley.” Jawabku.
“Jadi kau ini penyihir ya? penyihir yg manis.” Pria tinggi
itu mengusak rambut hitamku. Deg! Dan lagi-lagi perasaan aneh itu muncul
menyerang saraf-sarafku.
“Mau ku antar ke sana?”
Tawarnya.
“Antar?”
“Ya, aku dan gilbert akan mengantarmu. Kajja.” Ia
mengangguk dan menarik tanganku ke dalam genggamannya. Hangat. Kami menghampiri
naganya yg sepertinya sedang memakan seekor rusa.
“Naiklah.”
“Naik?” aku memandang manic cokelat itu dengan tatapan
bingung. Dan lagi-lagi ia hanya mengangguk.
“Kau ini banyak melamun ya.” sahutnya, lalu menggendong
tubuhku lalu melompat naik ke punggung naganya. Aku berani bertaruh, dia bisa
mendengar suara detak jantungku yg sekarang sedang bergemuruh hebat.
“Yak! Apa yg kau lakukan Kris?! Turunkan aku!”
“Bukankah sudah ku bilang, aku mau mengantarmu. Jangan
banyak bergerak atau kau akan jatuh.”
“Hei! Kau tak bisa mengambil keputusan seenaknya. Aku kan
belum me- aaaaaa” Aku berteriak saat kurasakan naga itu mulai terbang.
GREP!
Sebuah lengan kekar melingkar diperutku.
“He-Hei! Apa yg kau lakukan eoh?” aku berontak mencoba
lepas dari pelukan werewolf tampan yg baru aku kenal ini. eh tunggu, tampan?
Yak! Kau mulai gila Tao. Ku rasakan tangan itu malah semakin erat memelukku.
“Aku hanya ingin menjagamu supaya tidak terjatuh.” Ucapnya,
lalu meletakkan dagunya dipundakku. Jarak yg terlalu dekat, hingga dapat ku
rasakan nafasnya yg hangat berhembus ditelingaku. Entah mengapa aku merasa
sangat nyaman dalam keadaan seperti ini,
jantungku seakan minta keluar dari tempatnya. Aku menundukkan kepalaku,
mencoba menyembunyikan rona merah yg sepertinya sudah terlihat dipipiku, walau
aku tau Kris sudah melihatnya.
TBC.
.
Segitu dulu ya reader. Mico mau tau respon dari readerdeul
soal FF Mico yg ini. kalau responnya bagus, bakal Mico lanjutin. Tapi kalau responnya
jelek, Mico gak bakal lanjutin ini FF. Mico nggak minta aneh-aneh, cuma minta
dihargain aja karya Mico ini. Jadi buat yg udah baca tolong tinggalkan jejak
ya^^
Gomawo^^
0 komentar:
Posting Komentar